More

    Tebar Hewan Kurban 2024 - Syawal

    Perjanjian Sykes Picot: Awal Mula Pecahnya Umat Islam di Timur Tengah

    Sejarah pendirian negara penjajah Israel tidak lepas dari campur tangan banyak pihak. Selain sebagai bentuk program zionisme yang telah ada sejak tahun 1700, pembentukan negara zionis israel mulai ada titik terang ketika Perang Dunia I. Selain itu perpecahan umat islam di masa khilafah utsmaniyah menjadi salah satu faktor pendukung terwujudnya negara berdaulat bagi umat zionis yahudi. Sebelum terwujudnya negara zionis pada tahun 1948, ada beberapa perjanjian yang berpengaruh salah satunya seperti Perjanjian Sykes-Picot. Bagaimana sejarah perjanjian Sykes-Picot itu dapat terjadi? Apa pengaruhnya untuk bagi persatuan umat islam? 

    Sejarah Perjanjian Sykes-Picot

    Pada Perang Dunia I yang meletus pada tahun 1914 di Eropa, membuat daulah utsmaniyah pada akhirnya ikut bergabung dalam peperangan. Sebelumnya pemerintahan Ottoman ini berada di pihak netral meskipun dianggap sebagai negara yang memiliki pengaruh politik dunia. Ada dua faktor mengapa Khilafah Utsmaniyah bergabungnya dalam PD I ini, pertama kondisi finansial yang terjepit hutang kepada negara-negara Eropa yang mengakibatkan kesulitan membayar. Kedua, posisi sultan sebagai unsur pemegang kekuasaan saat itu hanya menjadi simbol dan keberjalanan proses pemerintahan dipimpin oleh kelompok Turki Muda “Tiga Pasha” yang lebih sekuler.

    Kekaisaran Ottoman awalnya mencoba bergabung bersama blok Sekutu, namun permintaan itu ditolak mentah-mentah. Akhirnya dengan terpaksa bergabung ke blok Poros bersama Jerman dan Austria-Hungaria pada Oktober 1914. 

    Mengetahui bergabungnya Utsmaniyah ke blok Poros, Inggris merespon cepat untuk merencanakan perluasan wilayah jajahannya di daerah Timur Tengah. Inggris sebelumnya telah mengambil alih wilayah India (1857) dan Mesir (1888), dan wilayah Utsmaniyyah membentang diantara kedua wilayah kolonial tersebut. Bagi Inggris ini merupakan momentum strategis untuk menguasai wilayah Ottoman yang luas.

    Pemberontakan Bangsa Arab

    Salah satu strategi Inggris untuk menguasai luasnya wilayah Ottoman yaitu dengan membuat pemberontakan Bangsa Arab dengan Utsmaniyah. Memanfaatkan Gubernur Mekkah, Sharif Hussein bin Ali dengan membuat kesepakatan antara bangsa Arab dan Inggris. Strategi Inggris untuk memecah belah persatuan umat islam semakin kuat ketika mengetahui ambisi pribadi Sharif Hussein untuk menjadi Khalifah di seluruh wilayah Timur Tengah.

    Inggris menjanjikan bantuan persenjataan dan pendanaan kepada bangsa Arab agar mereka dapat merealisasikan “Khilafah Arab”. Selain itu Inggris juga menjanjikan untuk memberikan seluruh wilayah semenanjung Arab apabila perang telah usai, termasuk daerah Syam. Diskusi detail mengenai perjanjian ini dilakukan oleh Sharif Hussein dan Sir Henry McMahon sebagai staf kementerian luar negeri sekaligus perwakilan Inggris. Diskusi dan detailnya disebut McMahon-Hussein Correspondence.

    Sykes-Picot: Pengkhianatan Inggris terhadap Bangsa Arab

    Perlawanan bangsa Arab terhadap Utsmani dimulai pada Juni 1916 dan hanya dalam beberapa bulan saja mereka dapat menguasai wilayah Hijaz seperti Jeddah dan Mekkah. Keberhasilan bangsa Arab ini tidak terlepas dari bantuan Inggris dari segi logistik dan persenjataan, termasuk bendera yang mereka digunakan. Bendera yang didesain oleh Inggris ini berwarna hitam, hijau, dan putih dengan corak horizontal serta segitiga menghadap kanan, dikenal sebagai “Bendera Perlawanan Arab”

    Selama tiga tahun melakukan pemberontakan, Bangsa Arab berhasil menaklukan kota-kota besar seperti Jerusalem, Bagdad, Amman, hingga Aqaba di Yordania. Namun sebelum memenangkan pemberontakan, pihak bangsa Arab akhirnya mengetahui adanya perjanjian rahasia antara Inggris dan Perancis untuk membagi wilayah Timur Tengah. Bahkan perjanjian rahasia yang dianggap sebagai pengkhianatan besar ini telah dilakukan sebelum perlawanan bangsa Arab terhadap Utsmani dimulai. Perjanjian tersebut dilakukan oleh seorang diplomat Inggris dan Perancis, Sir Mark Sykes dan François Georges-Picot pada tahun 1915-1916. Perjanjian ini dikenal sebagai Perjanjian Sykes-Picot. Pengkhianatan kepada bangsa Arab terus berlanjut pada tahun 1917, ketika Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour yang mendukung pendirian negara bagi Yahudi di wilayah Palestina.

    Baca Juga : Keburukan Sifat Yahudi yang Tercantum dalam Al-Qur’an

    Mark Sykes (Left) & Georges Picot (Right)
    Mark Sykes (Kiri) & Georges Picot (Kanan) ~ by Syzgy
    The Flag of Arab Revolt and Modern Arabic Flags
    Bendera perlawanan Arab dan beberapa negara Timur Tengah modern.

    Keputusan yang dibuat oleh Britania Raya dan Perancis di Perjanjian Sykes-Picot tidak mempertimbangkan identitas budaya, agama, atau sejarah wilayah yang mereka bagi. Namun hanya untuk mengejar kepentingan politik dan ekonomi semata bagin kedua belah pihak. Hal ini menyebabkan banyak efek negatif yang berlangsung lama di Timur Tengah, termasuk konflik etnis, ketegangan politik, dan stagnasi pembangunan di beberapa wilayah.

    Perjanjian ini juga berfungsi sebagai katalisator bagi semangat nasionalis yang menentang intervensi asing dan mendukung kemerdekaan dan kedaulatan negara mereka sendiri. Secara tidak langsung, misi memecah belah persatuan umat Islam oleh Inggris telah berhasil dimulai.

    Baca Juga: Pentingnya Mengenal Sejarah Islam di Era Modern dan Korelasinya dengan Pembebasan Palestina   

    Isi Perjanjian Sykes Picot 

    Map of Sykes Picot Agreement
    Peta Hasil Perjanjian Sykes-Picot (Wikipedia Commons)
    Map to illustrate agreements in regard to Asia Minor, Mesopotamia including the Sykes-Picot arrangement of 1916 in regard to Syria and Palestine
    Peta Pembagian Wilayah Hasil Perjanjian Sykes-Picot tahun 1916, termasuk Wilayah Palestina – from Library of Congress

    Perjanjian Sykes-Picot ini bertujuan untuk mengatur zona pengaruh masing-masing di Timur Tengah dan membagi wilayah Utsmaniyah. Perjanjian Sykes-Picot secara detail membagi wilayah Turki menjadi tiga zona dominasi. Mark Sykes mewakili Britania Raya dengan membuat garis-garis pembagian wilayah yang memberikan kendali kepada Britania Raya atas Yordania dan sebagian Mesopotamia—yang sekarang bagian dari Irak. François Georges-Picot mewakili Prancis, merencanakan pengaruh mereka di Suriah, Lebanon, dan bagian Mesopotamia lainnya. Sementara wilayah Palestina akan ditentukan pada kemudian hari, dalam hal ini akan ditentukan oleh Liga Bangsa-Bangsa.

    Perjanjian Sykes-Picot menjamin bahwa kedua kekuatan Eropa ini akan mengambil alih kekuasaan pemerintahan atas wilayah yang telah mereka berikan. Namun, perjanjian ini sangat penting karena pembagian wilayah dilakukan tanpa mempertimbangkan keinginan, identitas etnis, agama, atau budaya masyarakat lokal di Timur Tengah.

    Pendekatan ini mengabaikan masyarakat di Timur Tengah yang memiliki latar belakang dan identitas yang berbeda-beda. Akibatnya, perjanjian ini menyebabkan keputusan yang salah tanpa mempertimbangkan struktur sosial, keberagaman etnis, dan keragaman budaya yang ada di daerah tersebut.

    Perjanjian Sykes–Picot menjadi simbol kolonialisme Eropa dan intervensi luar yang mengubah peta politik Timur Tengah. Selama sejarahnya, perjanjian ini telah menyebabkan konflik dan ketidakpuasan di antara masyarakat Timur Tengah, memicu gerakan nasionalis dan menentang intervensi luar.

    Bagaimana Dampak Perjanjian Sykes Picot?

    A Man in World War 1
    Suasana Perang Dunia I (Pixabay)

    Meskipun ditandatangani pada tahun 1916 selama Perang Dunia I, Perjanjian Sykes-Picot masih memiliki efek di Timur Tengah hingga saat ini. Beberapa konsekuensi utama dari perjanjian ini adalah:

    1. Ketidakstabilan Politik

    Perjanjian pembagian wilayah telah menyebabkan konflik politik yang berkelanjutan. Perjanjian ini banyak menimbulkan konflik internal, upaya kemerdekaan, dan perjuangan antar kelompok karena tidak sesuai dengan realitas sosial dan etnis Timur Tengah.

    2. Pembagian Wilayah Secara Sepihak

    Dampak selanjutnya yakni pembagian wilayah Timur Tengah menjadi zona pengaruh Britania Raya dan Prancis tanpa mempertimbangkan aspirasi atau identitas masyarakat lokal. Pembagian ini tidak memperhitungkan struktur sosial, etnis, dan budaya yang kompleks yang ada di daerah tersebut.

    3. Ketegangan Antar-Kelompok

    Pembagian wilayah tanpa mempertimbangkan perbedaan etnis dan agama telah menyebabkan konflik antar-kelompok, yang telah meningkatkan ketegangan antara berbagai kelompok etnis dan agama yang ada di wilayah tersebut.

    4. Penentangan Nasionalis dan Gerakan Kemerdekaan 

    Revolusi nasionalis di Timur Tengah dipicu oleh Perjanjian Sykes-Picot. Masyarakat lokal berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dan otoritas atas wilayah mereka sendiri.

    5. Tanda Kolonialisme dan Campur Tangan Asing 

    Perjanjian Sykes-Picot telah berfungsi sebagai representasi dari kolonialisme Eropa dan intervensi asing yang telah mengubah peta politik Timur Tengah. Dalam sejarah modern wilayah tersebut, dampaknya telah menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakstabilan.

    Dampak pada Pembentukan Negara-Negara Baru 

    Setelah runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah, pembagian wilayah menurut perjanjian tersebut menjadi dasar bagi pembentukan negara-negara baru di Timur Tengah. Hasilnya, entitas politik yang seringkali terdiri dari kelompok etnis yang beragam menyebabkan konflik dan kesulitan dalam upaya untuk menjaga stabilitas dan kohesi internal.

    Sejumlah konflik dan ketegangan di Timur Tengah dipicu dan diperparah oleh Perjanjian Sykes-Picot. Sampai hari ini, konsekuensi politik dan sosial dari perjanjian ini telah memengaruhi kehidupan di wilayah tersebut dalam berbagai cara. 

    Baca juga : Sejarah Baitul Maqdis dari Bani Israil hingga Perjuangan mendapat Kemerdekaan Saat Ini

    Apa Dampak Perjanjian Sykes Picot Bagi Umat Islam?

    Perjanjian Sykes-Picot memiliki banyak konsekuensi yang signifikan bagi komunitas Muslim dan dunia Islam secara keseluruhan. Berikut adalah lima dampak perjanjian Sykes Picot bagi umat muslim :

    1. Penentangan terhadap Kekuatan Asing

    Perjanjian Sykes-Picot memicu penentangan dan ketidakpuasan di kalangan umat Islam terhadap campur tangan asing di wilayah mereka. Hal ini menumbuhkan rasa nasionalisme dan penentangan terhadap kekuatan asing yang dianggap menghancurkan kemerdekaan dan kedaulatan mereka.

    2. Konflik dan Ketegangan Antar-Kelompok

    Muslim women in the middle of the ruins of Gaza
    Perempuan Muslim ditengah Reruntuhan Gaza (Pixabay)

    Pembagian tanpa mempertimbangkan identitas etnis dan agama telah menyebabkan konflik dan ketegangan antar-kelompok di wilayah tersebut, yang pada akhirnya berdampak pada komunitas Muslim. Perbatasan buatan ini telah menyebabkan ketegangan antara berbagai kelompok etnis dan agama, yang seringkali berdampak pada masyarakat Muslim di wilayah tersebut.

    3. Pembagian Tanpa Pertimbangan Identitas Agama 

    Perjanjian ini membentuk negara-negara baru dengan perbatasan buatan tanpa mempertimbangkan identitas agama atau keinginan umat Islam di wilayah Timur Tengah. Hal ini berdampak pada komunitas Muslim karena wilayah yang dulunya merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah, yang digambarkan sebagai pusat politik dan religius umat Islam, dibagi menjadi negara-negara baru dengan identitas nasional masing-masing.

    4. Kemunculan Gerakan Islamis 

    Perjanjian ini berdampak pada komunitas Muslim, termasuk munculnya gerakan Islamis yang menentang invasi luar, berjuang untuk kedaulatan, dan mendapatkan otonomi atas wilayah dan kehidupan mereka sendiri.

    5. Pecahnya Persatuan Umat Islam

    Pasca Perang Dunia I dan kekuasaan Utsmaniyah runtuh, wilayah Timur Tengah dibagi oleh Liga Bangsa-Bangsa menjadi beberapa negara seperti Iraq, Sudan, Suriah, Uni Emirat Arab, Mesir, Yaman, Kuwait, Yordania, dan Palestina. Ini berdampak pada perpecahan umat Islam yang tidak lagi satu daulah karena batas-batas politik dan kekuasaan di wilayah. Bahkan wilayah Palestina saat ini masih terus terjajah oleh hasil politik dari kebijakan Inggris, yaitu negara penjajah israel.

    Perjanjian Sykes-Picot telah memicu ketidakpuasan umat Islam dan penentangan terhadap campur tangan luar di wilayah Timur Tengah. Pengaruh sangat besar dalam membentuk nasionalisme, semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan anti-intervensi asing di wilayah Islam yang dianggap penting secara sejarah dan spiritual.

    Kita juga mengetahui bahwa pembagian Palestina akan ditentukan setelah perjanjian ini. Pada akhirnya Inggrislah yang memberi dukungan dalam pembentukan negara yahudi–negara Israel. Perjanjian Sykes–Picot bersama Deklarasi Balfour merupakan dasar penjajahan Israel atas Palestina yang terus berlanjut hingga sekarang.

    Bantu Palestina. Kuatkan solidaritas untuk Palestina

    Penjajahan negara zionis-israel terhadap Palestina telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan rakyat Palestina telah mengalami banyak penderitaan. Banyak rakyat Palestina telah kehilangan rumah, keluarga, dan sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, mereka menghadapi kesulitan dalam mendapatkan makanan, obat, serta perawatan medis.

    Semua orang memiliki kemampuan untuk membantu rakyat Palestina dengan memberikan donasi ke lembaga kemanusiaan yang dapat dipercaya. Rakyat Palestina akan menerima bantuan dari donasi Anda untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal. Salurkan kontribusi terbaikmu ke lembaga yang telah dipercaya selama bertahun-tahun disini. (sry/fau)

    spot_img
    spot_img

    Panduan Lengkap Fiqh Zakat Terdiri dari 8 Bab memberikan pemahaman kepadamu tentang pentingnya syariat Zakat, Jenis-Jenisnya, dan semua hal yang paling sering ditanyakan tentang zakat.

    spot_img