Hingga saat ini, penjajahan struktural Zionis-Israel atas Palestina belum berhenti. Sejak 7 Oktober 2023, perang terjadi antara Hamas dan Zionis-Israel. Peperangan ini kembali dimulai dengan Hamas yang menguasai Gaza meluncurkan serangan besar ke Israel.
Israel menanggapinya dengan memulai perang dan menyerbu Gaza dari berbagai arah. Dilansir dari Tim Kesehatan Gaza melalui instagram alqudsalbawsala, tepat satu bulan peperangan terdapat 10.328 warga Palestina menjadi korban perang (syahid) dan 4.237 diantaranya adalah anak-anak.
Perjuangan Palestina untuk merebut kembali tanah negaranya sudah terjadi lebih dari 100 tahun. Bagaimana sebenarnya awal-mula Palestina terjajah oleh zionis israel? Salah satu penyebab yang paling berpengaruh yaitu adanya Deklarasi Balfour.
Daftar Isi
Apa itu Deklarasi Balfour?
Pada awal abad ke-20, gerakan Zionisme menjadi semakin kuat di kalangan komunitas Yahudi. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mendirikan negara Yahudi di Timur Tengah, yang mereka anggap sebagai tanah leluhur mereka, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman. Para pemimpin Zionis percaya bahwa membangun sebuah negara Yahudi akan melindungi orang-orang Yahudi yang sering menjadi korban penindasan dan diskriminasi di Eropa.
Perang Dunia I sedang berlangsung di Eropa saat gerakan Zionisme meningkat. Untuk memenangkan perang, Britania Raya dan Sekutu lainnya membutuhkan dukungan yang lebih luas dan upaya diplomasi. Britania Raya melihat betapa pentingnya dukungan dari komunitas Yahudi di Amerika Serikat dan Eropa Timur, dan percaya bahwa mendukung pembentukan sebuah negara bagi bangsa Yahudi di Palestina akan mendapatkan simpati dan dukungan untuk upaya perang mereka.
Bentuk Dukungan Inggris terhadap Pembentukan Negara Yahudi
Setelah Perang Dunia I usai, Britania Raya mengambil alih wilayah Timur Tengah. Pembagian kekuasaan wilayah diawali melalui beberapa kesepakatan rahasia seperti Perjanjian Konstantinopel (1915), korespondensi Husain-McMahon tahun 1915 & 1916, hingga Perjanjian Sykes-Picot pada tahun 1916. Padahal saat itu peperangan baru saja dimulai, namun Inggris sudah cukup percaya diri untuk melakukan pembagian wilayah. Pada tahun 1917 secara terang-terangan melalui pers London, sebuah deklarasi disampaikan melalui surat yang diyakini oleh zionis-israel hingga sekarang. Deklarasi ini dikenal sebagai Deklarasi Balfour
Deklarasi ini dibuat sebagai pernyataan tertulis oleh Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Britania Raya, kepada Lord Rothschild, seorang figur penting dalam komunitas Yahudi Britania, pada 2 November 1917. Surat tersebut menguraikan pandangan resmi pemerintah Britania Raya pada saat itu mengenai pendirian sebuah Tanah Air Nasional Bagi Bangsa Yahudi (National Home for Jewish People) di Palestina.
Penjajahan yang dilakukan zionis-israel terhadap Palestina terus menimbulkan ketegangan dan perdebatan di seluruh dunia. Selain itu, hal ini menunjukkan perbedaan pendapat dan hak-hak yang ada antara dua kelompok yang berjuang untuk memiliki tanah yang sama. Meskipun menjadi dasar bagi pendirian Israel, Deklarasi Balfour juga memiliki konsekuensi sosial, politik, dan konflik yang rumit yang masih belum menemui titik temu.
Baca Juga : Perjanjian Sykes Picot sebagai Awal Mula Terpecahnya Umat Islam
Apa Isi Deklarasi Balfour?
Deklarasi Balfour telah menjadi salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah kontemporer Israel dan Palestina. Menjadi dasar bagi pendirian negara Israel pada tahun 1948, deklarasi ini memicu konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Secara substansi, isi dari Deklarasi Balfour dibagi menjadi dua bagian penting yaitu:
-
Bagian pertama
Deklarasi Balfour yang pertama menyatakan bahwa Inggris mendukung pembentukan sebuah Tanah Air Nasional Bagi Bangsa Yahudi di Palestina. Deklarasi ini secara jelas menyatakan bahwa Inggris akan mendukung upaya untuk membangun rumah bagi orang Yahudi di Palestina, meskipun istilah Tanah Air Nasional tidak secara jelas mendefinisikan negara merdeka atau entitas politik lainnya.
Deklarasi ini merupakan pengakuan resmi dari Inggris terhadap keinginan zionis. Tujuan gerakan nasionalisme Yahudi dan politik adalah untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina yang sering disebut dengan gerakan Zionisme. Gerakan ini ada sejak abad ke-19, dan semakin berkembang di Eropa pada abad ke-20.
Pemerintah Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour karena berbagai alasan. Inggris ingin melakukan tiga hal: mendapatkan dukungan dari komunitas Yahudi di seluruh dunia; memperkuat posisinya di Timur Tengah; dan memperoleh akses ke Terusan Suez, jalur pelayaran penting yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah.
-
Bagian kedua
Hak-hak agama dan sipil komunitas non-Yahudi di Palestina akan dilindungi, menurut Bagian Kedua Deklarasi Balfour. Hal ini bertujuan untuk menenangkan masyarakat Arab Palestina yang khawatir bahwa deklarasi ini akan menyebabkan mereka keluar dari Palestina.
Dalam bagian kedua, tidak tertulis secara signifikan karena hak-hak masyarakat Arab Palestina tidak dilindungi oleh Inggris setelah deklarasi ini dikeluarkan.
Kontroversi Deklarasi Balfour
Kontroversi utama Deklarasi Balfour yaitu dianggap oleh banyak orang Palestina sebagai pelanggaran terhadap hak-hak mereka. Orang Palestina percaya bahwa deklarasi ini menyebabkan pengusiran mereka dari tanah airnya sendiri dan memberikan hak istimewa kepada orang Yahudi. Mereka juga percaya bahwa deklarasi ini tidak menghormati hak-hak agama dan sipil mereka.
Deklarasi Balfour juga kontroversial karena tidak jelas apakah itu mendukung pembentukan negara Yahudi di Palestina. Dari negara merdeka hingga komunitas minoritas, istilah Tanah Air Nasional dapat mengacu pada setiap entitas politik. Orang Palestina percaya bahwa deklarasi ini memungkinkan negara Israel didirikan, yang mereka anggap sebagai pelanggaran hak-hak mereka.
Terakhir, Deklarasi Balfour tidak menghormati hak-hak orang Palestina untuk memutuskan nasib mereka sendiri. Mereka percaya bahwa Deklarasi Balfour harus memberi mereka kesempatan untuk memilih antara hidup di negara Yahudi atau negara yang merdeka. Namun orang-orang
Baca Juga: Cara Menyikapi Konflik Palestina serta Pentingnya Mengenal Sejarah Islam di Era Modern Ini
Dampak Deklarasi Balfour Terhadap Warga Palestina
Deklarasi Balfour pada tahun 1917 memiliki pengaruh besar terhadap warga Palestina, yang mayoritasnya adalah orang Arab, dan masih memiliki konsekuensi yang signifikan hingga hari ini.
Deklarasi tersebut menyatakan dukungan dari pemerintah Britania Raya terhadap pendirian Tanah Air Nasional Bagi Bangsa Yahudi di Palestina tanpa merugikan hak dan kepentingan masyarakat non-Yahudi yang sudah ada di wilayah tersebut. Hal ini menghasilkan sejumlah dampak negatif bagi warga Palestina diantaranya:
-
Konflik Sosial
Aspirasi Zionis berakar pada banyaknya imigran Yahudi yang datang dan keinginan mereka untuk membangun negara mereka sendiri. Ini meningkatkan ketegangan antara kedua kelompok ini tentang hak dan kepentingan masing-masing, serta kepemilikan tanah dan akses ke sumber daya. Persaingan ini menyebabkan konflik sosial yang berkelanjutan.
-
Perubahan Demografis dan Imigrasi
Deklarasi Balfour mendorong migrasi Yahudi ke Palestina, mendukung pembentukan Tanah Air Nasional Bagi Bangsa Yahudi. Peningkatan imigrasi menyebabkan perubahan besar dalam komposisi penduduk Palestina, meskipun mayoritas penduduk Palestina adalah Arab. Pergeseran demografis ini menjadi salah satu faktor pemicu utama ketegangan antara komunitas Arab yang sudah lama menetap di wilayah tersebut dengan imigran Yahudi yang baru datang.
-
Konflik Bersenjata dan Pengungsi Palestina
Hasil dari Deklarasi Balfour adalah pembentukan negara Israel pada tahun 1948, yang memicu perang antara Israel dan negara-negara Arab. Puncaknya terjadi pada tanggal 14 Mei 1948 ketika diproklamirkannya negara israel yang menyebabkan terjadinya peristiwa Nakba. Kurang lebih 750.000 rakyat Palestina terusir dari rumah mereka dan merebut 78% wilayah Palestina. Sebanyak 22% sisanya terbagi menjadi dua bagian yaitu Tepi Barat dan Gaza yang tersudutkan secara geografis. Bahkan hingga tahun 2023 ini persentase wilayah Palestina akan terus berkurang karena penggusuran dan pengusiran yang terus dilakukan oleh zionis israel. Sampai sekarang, sebagian besar dari mereka masih tinggal dalam keadaan pengungsian dan belum dapat kembali ke tanah atau rumah mereka.
-
Keterbatasan Hak dan Hidup Sehari-hari
Hak atas tanah, akses ke sumber daya, dan mobilitas warga Palestina kian terbatas. Beberapa wilayah Palestina masih diduduki atau dikuasai oleh Israel. Akibatnya, akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan peluang ekonomi menjadi terbatas.
-
Kompleksitas Konflik dan Tanpa Solusi yang Jelas
Dalam penjajahan yang terus dilakukan oleh Israel, Deklarasi Balfour berperan sebagai katalisator dan telah memiliki konsekuensi yang signifikan bagi masyarakat di seluruh wilayah tersebut. Hingga saat ini, usaha perdamaian dan resolusi masih terus berlangsung, tetapi kesulitan dalam mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak masih ada.
Kehidupan sehari-hari warga Palestina masih dipengaruhi oleh konsekuensi sosial, politik, dan ekonomi dari deklarasi ini. Mencari solusi yang menguntungkan bagi masing-masing pihak masih menjadi tantangan besar.
Setelah Deklarasi Balfour, konflik antara Palestina dan Israel berkembang, memengaruhi kehidupan sehari-hari warga Palestina dan keseluruhan dinamika geopolitik di Timur Tengah. Hingga saat ini, upaya perdamaian dan penyelesaian konflik terus berlanjut. Namun, kondisi masih rumit dan kedua belah pihak belum mencapai solusi yang memuaskan.
Baca Juga : Mengetahui Sejarah Baitul Maqdis hingga Perjuangannya Saat Ini
Perang antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan rakyat Palestina telah mengalami banyak penderitaan. Rakyat Palestina telah kehilangan rumah, keluarga, dan sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, mereka menghadapi kesulitan dalam mendapatkan makanan, obat, serta perawatan medis akibat blokade yang dilakukan oleh zionis israel.
Semua orang memiliki kemampuan untuk membantu rakyat Palestina dengan memberikan bantuan melalui berbagai lembaga kemanusiaan yang amanah. Dompet Dhuafa sebagai instansi yang telah lama dipercaya, terus senantiasa berkontribusi membantu rakyat Palestina semaksimal mungkin. Berkolaborasi dengan berbagai mitra lokal dan internasional seperti FPEA (Alfursan Palestinian Emergency Association) dan IHA (Indonesia Humaniitarian Alliance), bantuan rakyat Indonesia dapat tersalurkan dengan baik. Yuk terus satukan solidaritas untuk saudara kita warga Palestina.