More

    Berkahi Penghasilan yang kita dapat dengan Zakat Penghasilan di Dompet Dhuafa

    Inilah Panduan Puasa Syawal Lengkap

    Puasa Syawal Lengkap

    Puasa syawal merupakan ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan. Meskipun begitu, panduan tentang tata cara pelaksanaan puasa Syawal dan hal-hal lainnya masih sering terjadi salah pemahaman. Seperti halnya waktu pelaksanaan, puasa syawal hanya dianggap sah saat dilaksanakan pada tanggal dua sampai tujuh padahal itu idealnya, dan tetap sah di tanggal lainnya.

    Berikut artikel ini akan membahas tentang panduan puasa syawal lengkap dari lafal niat, ketentuan waktu, hukum puasa sampai keutamaan pelaksanaannya.

    Hukum Pelaksanaan Puasa Syawal

    Hukum puasa syawal ini sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan. Hukum ini tidak terlepas dari ketentuan Allah yang menaruh keutamaan luar biasa bagi umat muslim yang melakukan puasa ini.

    Hadis Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa,

    Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal , maka ia seakan-akan puasa setahun penuh’,

    Hadis lain juga mengatakan,

    Puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan seatara dengan puasa (wajib) setahun penuh’.

    Kedua hadis ini dikutip oleh Syekh Nawawi Al- Bantani dalam kitabnya Nihayatuz Zain, yang  menunjukkan betapa utamanya puasa Syawal.

    Waktu Pelaksanaan Puasa Syawal

    Masalah waktu merupakan masalah yang sering kali diperdebatkan saat berpuasa sunnah seperti puasa syawal ini. Berikut penjelasan waktu pelaksanaan puasa syawal lengkap yang ada dalam kitab Nihayatuz Zain juga, Syekh Nawawi Al-Bantani mengatakan,

    وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها

    Artinya: “Nilai kesunnahan berpuasa (enam hari) di bulan Syawal itu bisa didapatkan dengan puasa secara terpisah. Namun jika dilakukan dengan berpuasa secara berturut-turut maka lebih utama. Keutamaan sunnah puasa Syawal akan hilang seiring berkahirnya waktu hari di bulan Syawal. Tetapi tetap dianjurkannya untuk mengqadha.”

    Uraian di atas cukup dipahami bahwa waktu pelaksanaan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal idealnya dilakukan setelah perayaan hari raya Idul Fitri, yakni pada tanggal dua sampai tujuh secara berturut-turut.  Namun, orang yang berpuasa selain di hari itu, ditambah lagi tidak dikerjakan secara berurutan juga tetap mendapatkan nilai keutamaan seakan-akan puasa wajib setahun penuh.

    Baca Juga: Adab Sunnah-sunnah di Hari Jumat

    Bahkan, ada keunikan tersendiri. Jika puasa qadha dan puasa nadzar di kerjakan di bulan Syawal ternyata tetap mendapatkan keutamaan seperti orang yang melakukan puasa sunah Syawal. Syekh Ibrahim Al-Bajuri cukup membantu menjelaskan perihal ini.

    وإن لم يصم رمضان كما نبه عليه بعض المتأخرين والظاهر كما قاله بعضهم حصول السنة بصومها عن قضاء أو نذر

    Artinya: “Puasa Syawal tetap dianjurkan seseorang tidak berpuasa Ramadhan-seperti diingatkan sebagian ulama mutaakhirin/ kontemporer. Tetapi yang jelas-jelas seperti dikatakan sebagian ulama-seseorang mendapatkan keutamaan sunah puasa Syawal dengan cara melakukan puasa qadha atau puasa nadzar (di bulan Syawal),” (dijelaskan dalam kitab Hasyiyatul Baijuri ala Syarhil Allamah ibni Qasim, Darul Fikr, Juz 1, Halaman 214)

    Sebagian ulama juga menerangkan baha orang yang melakukan puasa sunah seperti senin-kamis, puasa yaum bidh 12,13,15 yang disunahkan setiap bulan, atau puasa nabi Daud AS, tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal.

    Keterangan ini menjawab tentang pelaksanaan puasa sunah Syawal yang sering membuat kebingungan.

    Mana yang harus didahulukan, Puasa Syawal atau Qodho? 

    Bagaimana dengan melunasi kewajiban puasa qodho di bulan Syawal? Melansir dari Dompet Dhuafa, terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, yaitu:

    Pendapat pertama: para ulama fiqih dari mahzab Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa boleh hukumnya dan sah bagi yang mau berpuasa dahulu, walaupun masih memiliki utang puasa yang belum terbayarkan. Hal ini berlandaskan karena qadha puasa Ramadhan waktunya panjang dan tidak harus dikerjakan di bulan Syawal.

    Pendapat kedua: para ulama madzhab Maliki dan Syafi’i berpendapat, boleh mengerjakan sunnah sebelum melunasi puasa wajib. Alasannya, bahwa kurang etis rasanya mengakhirkan yang wajib dan mendahulukan yang sunnah. Seharusnya, yang wajib harus diprioritaskan terlebih dahulu, baru setelah itu diikuti dengan yang sunnah.

    Pendapat ketiga: Pendapat yang lain, dari kalangan sebagian ulama Hanabilah menegaskan bahwa tidak boleh, bahkan haram untuk mendahulukan syawal daripada kewajiban mengqadha puasa Ramadhan.

    Dari beragam pendapat tersebut, maka titik tengahnya yakni alangkah lebih baiknya untuk mendahulukan membayar utang puasa terlebih dahulu. Setelah itu, jadwalkan untuk bisa diikuti dengan enam hari puasa sunnah Syawal.

    Melansir dari Ustadz H. Ahmad Fauzi Qosim, S.S., M.A., M.M. jika mau sedikit mengakhiri qadha puasa dan langsung berpuasa sunnah Syawal, maka yang demikian sah menurut mayoritas ulama. Insya Allah tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal yang disebutkan. Wallahu a’alam bisshawab.

    Lafadz Niat Puasa Syawal Lengkap

    Puasa Syawal

    Seperti yang kita ketahui, niat merupakan salah satu rukun puasa dan ibadah lainnya. Hal ini berdasarkan pada hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu bergantung pada niatnya. Ketika niat, seseorang mesti menyatakan maksudnya (qashad), dalam hal ini berpuasa.

    Selain qashad/ maksud, seseorang juga menyebutkan status hukum pelaksanaannya, wajib atau sunnah. Sedangkan hal lain yang mesti disebutkan juga yaitu nama ibadahnya, puasa atau zakat atau ibadah lainnya.

    Dalam hal ini, puasa sunnah syawal , para ulama berbeda pendapat mengenai penyebutan nama ibadah. Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus mengingat ‘puasa sunnah Syawal’ saat niat di dalam batinnya. Namun lama lainnya juga menyatakan bahwa tidak wjib menyebutkan nama ibadahnya.  Hal ini dijelaskan oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami sebagai berikut,

    “Semestinya disyaratkan penyebutan nama puasa di niat, dalam puasa rawatib seperti puasa ‘arafah, asyura, yaum al-bidh (13,14,15 setiap bulan Hijriyah), puasa enam hari Syawal seperti penyebutan ibadah saat shalat rawatib.  Jawabnya, puasa tersebut sudah diatur berdasarkan hari-hari dan waktunya.”

    Tetapi kalau seseorang niat berpuasa lain di waktu-waktu tersebut, maka ia juga mendapatkan keutamaan sunah puasa rawatib tersebut. Misalnya niat puasa senin dan kebetulan bertepatan dengan hari arafah, maka ia mendapatkan keutamaan senilai dengan niat berpuasa arafah.

    Niat Puasa Syawal 

    Kembali lagi pada niat puasa syawal, berikut lafadznya,

    نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

    Artinya : “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.’’

    Niat ini jelas dibaca saat malam hari sebelum melakukan ibadah puasa.  Namun, berbeda dengan orang yang mendadak langsung ingin berpuasa di pagi hari. Baginya berniat sejak ia berkeinginan puasa sunnah saat itu juga. Karena memang kewajiban niat saat malam hanya berlaku pada saat puasa Ramadhan. Untuk puasa sunnah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum melakkukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak subuh, seperti makan, minum, dan hal-hal lainnya.

    Adapun niat puasa sunnah Syawal di siang hari, berikut lafal pengucapannya;

    نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

    Artinya: “Aku niat berpuasa sunnah Syawal hari ini karena Allah SWT.”

    Istiqamah beribadah mencari Ridha Allah SWT.

    Puasa sunnah ini merupakan lanjutan dari mengistiqamahkan ibadah yang sudah dilakukan selama Ramadhan. Suasana Ramadhan memang sudah berlalu, namun esensi dari Ramadhan tetap dibawa hingga sebelas bulan kemudian. Seperti yang dibahas sebelumnya, esensinya yaitu menjadi insan rabbani dan menggapai ketaqwaan hakiki.

    Puasa syawal sudah bisa dilakukan setelah idul fitri. Nuansa kekhusyukan dalam bingkai perayaan hari raya masih kuat rasanya. Ibadah yang ditanam di bulan Ramadhan, menjadi bibit kelancaran ibadah selanjutnya, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, shalat sunnah dan ibadah lainnya. Puasa Syawal tentu menjadi titik awal pertumbuhan bibit yang kita tanam selama di bulan Ramadhan. Selanjutnya, akan membuat kebiasaan yang memperkuat ibadah dari bulan Dzulhijjah hingga Ramadhan lagi.

    Baca Juga: Doa Puasa Ramadhan: Doa Niat Puasa dan Doa Buka Puasa untuk Bulan Ramadhan

    Puasa sunnah ini juga bukan berarti hanya tefokus pada puasa saja, namun juga menjaga kontinuitas ibadah, bahkan jika bisa, puasa ini dapat meningkatkan amalan-amalan sholeh lainnya. Karena puncak dari segala amalan yang kita lakukan adalah keridhoan Allah SWT.

    Tentunya ketika kita melakukan ibadah yang diiming-imingi ganjaran dan pahala yang berlipat-lipat, seharusnya kita tidak menghitung amalan itu secara matematis. Karena ridha Allah bukan sesuatu yang dapat dihitung, ridha merupakan hak prerogative Allah kepada hamba-Nya, sedangkan tugas seorang hamba hanyalah beribadah  dan beramal shaleh.

    Demikianlah ulasan mengenai puasa syawal lengkap. Semoga bermanfaat.

    Artikel ini diulas dari berbagai rujukan seperti nu.or.id dan tribunnews (Zainal Abidin)