More

    Tebar Hewan Kurban 2024 - Syawal

    Arti Haji Wada dan Khutbah Perpisahan Rasulullah yang Mengharukan

    Arti haji wada dan isi khutbah Rasulullah SAW

    Haji wada adalah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Arti haji wada jika ditelaah lebih lanjut memiliki makna mendalam bagi umat Islam karena pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah — sehari sebelum hari Tarwiyah, Rasulullah melakukan haji perpisahan (wada). Setelah itu, beliau berpidato sambil menunggangi untanya.

    Mengutip dari Republika.co.id, inilah isi pidato Rasulullah SAW:

    Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Saya tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi saya akan bertemu dengan kamu sekalian.”

    Saudara-saudara! Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatanmu. Ya, saya sudah menyampaikan ini!

    baca juga: HAJI DAN UMROH, SERUPA TAPI TAK SAMA

    Barangsiapa telah diserahi suatu amanat, tunaikanlah amanat itu kepada
    yang berhak menerimanya.

    Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat zalim merugikan orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya dirugikan. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba al-Abbas bin Abdul-Muttalib semua sudah tidak berlaku.”

    Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan adalah darah Ibn Rabi’ah bin al-Haris bin Abdul-Muttalib!

    Kemudian daripada itu, Saudara-saudara, hari ini nafsu setan yang meminta disembah di negeri ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu, peliharalah agamamu ini baik-baik.

    Jangan Menunda Berlakunya Larangan di Bulan Suci

    Saudara-saudara, menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu, orang kafir itu sesat. Suatu tahun mereka langgar dan tahun yang lain mereka sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Allah. Kemudian, mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana yang sudah dihalalkan.”

    Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Jumlah bilangan bulan menurut Allah ada 12 bulan, empat bulan di antaranya bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab antara bulan Jumadilakhir dan Sya’ban.”

    Kemudian daripada itu, Saudara-saudara. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai menginjakkan kaki ke atas lantai rumahmu, dan jangan sampai mereka dengan jelas membawa perbuatan keji.”

    “Kalau sampai mereka melakukan itu, Allah mengizinkan kamu berpisah ranjang dengan mereka dan boleh menghukum mereka dengan suatu hukuman yang tidak sampai mengganggu.”

    baca juga: KISAH NABI MUHAMMAD DARI LAHIR HINGGA WAFAT

    “Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan sopan santun. Berlaku baiklah terhadap istri kamu. Mereka itu mitra yang membantumu. Mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka sebagai amanat Allah, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu dengan nama Allah.

    Perhatikanlah kata-kata saya ini, Saudara-saudara. Saya sudah menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas saya tinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu tak akan sesat selama-lamanya; Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.

    Wahai Manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim saudara Muslim yang lain, dan bahwa Muslimin semua bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.”

    Ya Allah! Sudahkah kusampaikan (ajaran-Mu)?

    Arti Haji Wada

    Sejatinya, arti haji wada adalah haji perpisahan sekaligus momen turunnya Al-Maidah ayat 3 yang artinya:

    “Hari ini Aku sempurnakan agamamu bagimu dan Aku cukupkan karunia-Ku untukmu dan Aku pilihkan Islam menjadi agamamu.”

    Umat Islam berkumpul untuk mendengar sambil bergumam pelan-pelan ketika mengulangi perkataan Rasulullah. Abu Bakar As-Shiddiq, sang sahabat, sedih dengan adanya haji wada ini. Itu artinya risalahnya telah selesai karena Islam telah disempurnakan. Abu Bakar menangis karena menyadari Nabi Muhammad SAW sebentar lagi akan menghadap Allah.

    Selesai berpidato, Rasulullah bertolak dari Mekkah ke Madinah. Lalu, tiga bulan setelah haji wada, Rasulullah menghembuskan napas terakhirnya. Maka dari itu, haji wada sering disebut sebagai haji perpisahan. Pidato dan gerak-gerik Rasulullah semasa hidup menjadi pedoman bagi umat Islam di seluruh dunia.

    Perpisahan bukan berarti akhir dari semua, justru Sahabat sebagai umat Rasulullah meneruskan kembali petuah dan amalan-amalan yang telah sang baginda ajarkan. Klik pranala berikut zakat dan kurban untuk terus menebar syiar Islam. Jangan pernah berhenti berbuat kebaikan walau sekecil apapun. (Zakat.or.id/Halimatussyadiyah)

     

    spot_img
    spot_img

    Panduan Lengkap Fiqh Zakat Terdiri dari 8 Bab memberikan pemahaman kepadamu tentang pentingnya syariat Zakat, Jenis-Jenisnya, dan semua hal yang paling sering ditanyakan tentang zakat.

    spot_img