Yang berhak menerima sedekah, sebenarnya siapa saja? Apakah sama dengan 8 golongan mustahiq dari zakat atau berbeda. Lantas, bagaimanakah sedekah yang utama itu? Dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi kah? Pertanyaan ini merupakan dasar yang perlu kita ketahui sebagai umat Islam yang hidup bersosial masyarakat. Baiklah, artikel ini akan membahasnya.
Mari simak siapa saja yang berhak menerima sedekah:
Daftar Isi
1. Keluarga atau Sanak Famili
Pertama, siapakah yang berhak menerima sedekah? Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab menyatakan bahwa ulama telah sepakat bersedekah kepada sanak famili lebih utama sebelum kepada orang lain.
أَجْمَعَتْ الْأُمَّةُ عَلَى أَنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْأَقَارِبِ أَفْضَلُ مِنْ الْأَجَانِبِ وَالْأَحَادِيثُ فِي الْمَسْأَلَةِ كَثِيرَةٌ مَشْهُورَةٌ
Artinya:
“Ulama sepakat bahwa sedekah kepada sanak famili, kerabat lebih utama daripada sedekah kepada orang lain. Hadis-hadis yang menyebutkan hal tersebut sangat banyak dan terkenal.”
Baca Juga: INILAH 8 GOLONGAN PENERIMA ZAKAT
Hadis Keutamaan Mendahulukan Bersedekah Kepada Keluarga
Salah satu hadis yang dijadikan landasan oleh Imam Nawawi adalah hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Said al-Khudri yang artinya sebagai berikut,
“Suatu ketika Rasulullah keluar menuju masjid untuk menegakkan ibadah shalat idul Adha atau idul Fitri. Setelah selesai shalat, beliau menghadap kepada umatnya, menyampaikan nasihat khutbah kepada masyarakat dan memerintahkan untuk bersedekah.
Wahai para masyarakat. Bersedekahlah! (Pesan Nabi).
Lantas ada beberapa wanita yang terlihat oleh Nabi.
(Beliaupun menyampaikan)
Wahai para wanita, bersedakahlah! Karena saya melihat mayoritas wanita merupakan penghuni neraka!.
(Para wanita tadi terheran, dan bertanya balik kepada Nabi)
Kenapa harus bersedekah, Ya Rasul?
(Rasulullah menjawab)
Karena kalian sering melaknat dan kufur nikmat kepada suami. Aku tidak pernah melihat seseorang yang yang pemikiran dan agamanya kurang mencukupi namun bisa menghilangkan kecerdasan laki-laki, kecuali hanya bisa dilakukan oleh para wanita, seperti kalian.
Setelah Rasulullah berkhutbah di hadapan khalayak ramai, beliau bergegas ulang ke rumah. Setelah sampai rumah, Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud meminta izin untuk diperbolehkan masuk, sowan kepada Baginda Nabi. Beliau pun mempersilakan.
(Ada yang memperkenalkan)
Ya Rasulullah, ini Zainab.
(Rasulullah balik bertanya)
Zainab yang mana?
Istri Ibnu Mas’ud.
Oh ya, suruh dia masuk.
(Zainab mencoba berbicara kepada Nabi)
Ya Rasul, tadi anda memerintahkan untuk bersedekah hari ini. Ini saya punya perhiasan, saya ingin mensedekahkan barang milikku ini. Namun Ibnu Mas’ud (suamiku) mengira bahwa dia dan anaknya lebih berhak saya kasih sedekah daripada orang lain.
(Rasul kemudian menegaskan)
Memang benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud itu. Suami dan anakmu lebih berhak kamu kasih sedekah daripada orang lain.”
(HR. Bukhari).
2. Orang Terdekat
Yang berhak menerima sedekah setelah keluarga sendiri adalah orang terdekat dahulu baru orang lain. Rasulullah mengajarkan bahwa tidak boleh bersedekah kepada orang lain, jika yang disedekahkan itu masih diperlukan sebagai nafkah hidup dirinya dan keluarganya.
Diriwayatkan dalam hadis Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda.
“Bersedekahlah engkau!.
(Seorang laki-laki bertanya).
Aku punya satu dinar.
(Nabi Muhammad menjawab)
Pergunakanlah itu untuk dirimu sendiri!
(Laki-laki itu bertanya)
Aku punya satu dinar lagi.
(Nabi menjawab)
Gunakanlah untuk istrimu!
(Laki-laki itu bertanya lagi)
Aku punya satu dinar lagi!
(Rasulullah SAW bersabda)
Gunakanlah untuk anak-anakmu!.
(Kata laki-laki itu)
Aku masih punya satu dinar lagi!.
(Nabi menjawab)
Gunakanlah untuk pelayanmu!
(Laki-laki itu bertanya lagi)
Aku punya satu dinar lagi!
(Rasulullah SAW bersabda)
Terserah kepadamu, engkau lebih tahu menggunakannya.”
Hadis-hadis diatas menunjukkan bahwa kita harus memenuhi kebutuhan keluarga dan orang terdekat dahulu, sebagai wujud tanggung jawab kita. Sedangkan untuk kerabat dan orang terdekat lebih baik memperhatikan prioritas yang membutuhkan. Seperti orang terdekat yang masih dalam keadaan fakir, miskin dan gharim (orang yang banyak hutangnya). Kemudian jika masih memiliki rezeki yang lebih, bisa digunakan untuk bersedekahkan kepada siapapun dan dimanapun saja.
3. Anak yatim
Arti yatim dalam Islam merupakan seorang anak kecil (belum baligh) yang ditinggal wafat oleh bapaknya, sedangkan ia belum mampu berdiri di atas kaki sendiri untuk menghadapi masa depannya. Selengkapnya dapat dibaca di sini, ya!
Baca juga: APA ARTI YATIM DALAM ISLAM?
Melansir dari Rumah Fiqih Indonesia, Islam memperbolehkan membantu anak yatim yang telah baligh (dewasa), akan tetapi statusnya bukan santunan yatim lagi. Misalnya, atas nama sumbangan anak-anak untuk keluarga tidak mampu. Ada anak yatim yang sudah dewasa, namun hidup serba kekurangan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ada anak yatim yang sudah baligh dan hidup berkecukupan.
Sedekah Sembunyi-Sembunyi Lebih Utama
Setelah membahas orang-orang yang berhak menerima sedekah, mari kita bahas tentang etika dan tata caranya. Tentu, dalam bersedekah setiapp muslim ingin berusaha berbuat baik dengan maksimal. Mereka tidak menuntut balasan dan pujian dari orang lainnya, hanya berharap Allah SWT yang mengetahui . Sehingga sedekah secara sembunyi-sembunyi lebih utama dari pada terang-terangan.
Baca Juga: DERETAN 8 FAKTA ISTIMEWA MASJID AL-AQSA
Etika sedekah dengan sembunyi-sembunyi ini telah ada pada zaman Nabi, diceritakan dalam Shahih Bukhari dalam kitab az-Zakat. Berikut kisahnya,
Suatu malam, ada seseorang yang keluar untuk mencari orang yang berhak menerima sedekah. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang dikira orang miskin. Kemudian ia meletakkan sedekah itu, padahal laki-laki itu seorang pencuri.
Esok harinya, di pasar banyak orang berkumpul. Pencuri itu menyampaikan kejadian yang didapatnya semalam. Lantas, khalayak ramai membicarakan orang yang bersedekah tadi. Meskipun identitas orang yang bersedekah ini belum ketahuan, ia gelisah karena merasa salah sasaran. Ia pun minta perlindungan dan mendoakan pencuri itu di hadapan Allah.
Dia kembali bersedekah di malam berikutnya, kali ini semakin malam. Dia berharap agar sedekahnya tepat sasaran. Ia pun memberikan sedekah kepada seorng wanita. Seperti malam sebelumnya, ia meletakkannya. Ternyata wanita itu adalah pezina. Keesokan harinya, wanita ini bercerita kepada khalayak ramai tentang orang yang bersedekah kepadanya. Pelaku sedekah mendengar keramaian itu, dan kembali berdoa, “Ya Allah bagi-Mu segala puji, kepada wanita pezina.”
Masih merasa salah sasaran, ia kembali bersedekah di malam berikutnya. Dengan usaha yang sama, ternyata kali ini ia menaruh sedekah kepada orang yang kaya. Lantas, ia sedih karena merasa sudah tiga kali bersedekah secara sembunyi-sembunyi namun selalu salah sasaran. Ia kembali berdoa keada Allah, termasuk mendoakan ketiga penerima sedekah itu.
Keutamaan Sedekah
Mengutip dari Ustadz H. Ahmad Fauzi Qosim, S.S., M.A., M.M, bersedekah dan menolong sesama dapat meringankan beban sesama, juga mendatangkan pahala dan kebaikan.
1. Sedekah Mengundang Datangnya Rezeki
2. Memperpanjang Umur
3. Mencegah Dari Api Neraka
4. Mendapat Pahala & Keutamaan 700 Kebaikan
5. Sedekah Menghapus Dosa
6. Mendapatkan Ketenangan & Kelapangan Jiwa
7. Menghindarkan Atau Menolak Bala
Hikmah Bersedekah
Di balik kejadian itu ternyata Allah mengetahui keikhlasan orang pemberi sedekah itu, dan teta mencatat pahalanya. Hingga ajaibnya ia mimpi didatangi oleh seseorang yang membawa kabar gembira bahwa Allah menerima sedekahnya dan membalasnya dengan pahala. Dia pun diberitahu hikmah besar di balik sedekah keada tiga orang tersebut.
Hikmahnya adalah karena sedekah itulah sang pencuri sadar atas kesalahannya yang telah lalu, kemudian ia bertaubat tidak mencuri lagi. Sedangkan wanita pezina itu menggunakan hasil sedekah tadi untuk menjaga diri dari zina dan memulai hidup baik dengan harta tersebut. Sedangkan orang kaya tadi ternyata belum pernah bersedekah dan berinfak. Sehingga orang kaya tadi terdorong untuk bersedekah dan menginfakkan hartanya.
MasyaAllah, sungguh penuh hikmah kisah di atas. Marilah kita meneladani etika sedekah yang tanpa pamrih seperti ini. Bahkan ketika salah sasaran pun Allah tetap memberikan hikmah yang luar biasa.
Yang berhak menerima sedekah, etika bersedekah dan hikmah-hikmah luar biasa di balik sedekah telah diuraikan. Semoga kita semua bisa istiqamah menunaikan sedekah. SEDEKAH SEKARANG
Artikel ini bersumber dari beberapa media seperti nu.or.id, Republika dan liputan6.