JAKARTA- Bagi warga di sekitar Pasar Sentra Kaki 5 DWA, Rawa Buaya, Jakarta Barat, banjir ibarat tamu yang pasti datang. Setiap tahun banjir hampir menerjang kawasan tempat tinggal mereka.
Pengungsian pun sudah seperti rumah kedua bagi mereka. Mereka acapkali bolak-balik antara rumah dan pengungsian. Hal ini persis yang dialami Wina (40), salah seorang warga Rawa Buaya. Saat banjir surut, ia bisa kembali ke rumah.
“Tapi kalo (banjir) naik lagi, ya kita balik lagi ke sini (pengungsian). Kemaren juga udah sempet balik. Tapi semalem (Kamis, 16/1) hujan, rumah kebanjiran lagi,” ujar ibu tujuah anak ini.
Meski terbiasa dengan pengungsian, Wina pun berharap banjir tidak lagi datang. Sebab, bagaimanapun banjir berpengaruh terhadap usaha suaminya yang berjualan koran.
“Gak dapet. Kalo banjir gitu koran ama majalah jadi basah. Gak ada yang beli. Kita cuman makan yang ada di pengungsian aja. Anak rewel minta jajan saya bingung,” imbuhnya.
Tak hanya Wina, sekitar 113 warga Rawa Buaya bernasib sama. Mereka mesti mengungsi di Posko Pengungsian Pasar Sentra Kaki 5 DWA.
Di pengungsian tersebut, Disaster Managemen Center (DMC) Dompet Dhuafa membuka posko bantuan. Sejak awal banjir datang, tim segera melakukan berbagai aktivitas seperti evakuasi korban, pendirian dapur umum, dan trauma healing untuk anak-anak berupa sekolah ceria.
Tak hanya di Rawa Buaya, Jakarta Barat, DMC Dompet Dhuafa membuka posko penanganan bencana di berbagai wilayah terdampak banjir lainnya, yakni posko Kramat Jati, Cawang, (belakang RS. Budi Asih), Jakarta Timur; posko Margahayu, Bekasi Timur; posko Masjid Al Hikmah Bukit Cengkeh 2, Depok; posko Bukit Duri, Jakarta Selatan; posko Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan; posko Jati Asih, Bekasi; posko Kampung Pulo, Jakarta Timur; posko Muara Gembong, Bekasi dan posko Kedoya, Jakarta Barat. Dari sepuluh posko tersebut, sekitar 4.000 jiwa menerima manfaat. (gie)