Senyum terukir di wajah Mamad (53) siang itu. Di balik keceriaan Mamad tidak ada yang menyangka bila ia pernah mengalami peristiwa yang mengubah hidupnya 20 tahun lalu. Pria paruh baya yang berasal dari Kampung Sukalila, Kelurahan, Kagungan Kecamatan Serang, Provinsi Banten ini pernah jatuh ketika menarik becak. Akibatnya, tulang punggung Mamad patah dan membentuk benjolan besar (bungkuk).
Derita Mamad tidak hanya sampai di situ, seorang bapak yang memiliki satu orang anak ini nyaris putus asa dalam mencari nafkah karena insiden yang dialaminya. Namun, sang istri tetap memberinya semangat untuk menghilangkan masa-masa sulit yang dialami suami tercintanya tersebut.
“Saya hampir putus asa dengan cacat yang saya terima sekarang, malah saya sudah tidak semangat lagi dalam menjalani hidup. Alhamdulillah ada istri saya dan anak yang juga selalu memberi semangat, agar saya bisa kembali bekerja,” jelasnya.
Kendati memiliki kekurangan, hal tersebut tidak menghambat Mamad untuk bekerja atau bahkan jadi peminta-minta dalam memenuhi kebutuhan istri dan satu orang anaknya. Ia terus bekerja sebagai penambal ban dan bongkar pasang ban luar dan dalam. Sebab, ia dulu pernah berkecimpung di dunia perbengkelan.
“Hampir saya ingin memutuskan untuk mengemis saja di dekat jalan raya karena kesulitan ekonomi. Saya kasian dengan istri dan anak saya saat itu,” ujarnya sedih.
Setelah mendapatkan semangat dari istri dan anak semata wayangnya, Mamad yang juga tidak memiliki kemampuan baca dan menulis ini pun berusaha kembali dalam dunia bengkel yang cukup lama ditinggalkannya.
Mamad mencoba kembali menekuni keahliannya dengan mencoba membuka bengkel tambal ban sederhana dengan alat seadanya yang ia miliki. Bermodalkan keahlian menambal ban serta bongkar pasang ban luar dan dalam. Mamad membuka bengkel tambal ban sederhana.
Kondisi bengkel yang berada di Jalan Kampung Sukalila, Serang itu cukup memprihatinkan. Terpalnya bolong-bolong sehingga kalau hujan kebasahan dan panas kepanasan. Lantainya tanah yang sangat becek dan penuh genangan air jika hujan turun menghampiri. Hanya tiang-tiang bambu sebagai penyangga, bengkel tambal bannya pun relatif sepi dan penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Cobaan masih menimpa saya ketika saya sudah berusaha membangkitkan kembali usaha tambal ban saya, sepi pengunjung karena keadaan bengkel yang serba seadanya ini,” keluhnya.
Namun, keadaan tersebut mulai berubah secara perlahan ketika Dompet Dhuafa (DD) Banten, mengetahui kondisi Mamad yang memprihatinkan. Dengan memberikan sebuah dana bantuan untuk memperindah kondisi bengkel tambal ban yang menjadi mata pencahariannya itu. Tidak hanya bantuan dana, namun DD Banten juga memberikan semangat dan motivasi baginya dalam menjalankan usahanya ini. Mamad menerima bantuan program Insan Tangguh DD Banten
“Alhamdulillah DD Banten memberikan bantuan dan motivasi kepada saya. Sekarang bengkel saya sudah enak dipandang dan tidak becek lagi, orang jadi tertarik untuk menambal ban di sini,” ungkapnya bahagia.
Saat ini, usaha dan doa masih terus dilakukan Mamad dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mamad juga memiliki impian dan semangat, agar suatu saat ia bisa berobat dan dioperasi agar benjolan besar (bungkuk) dipunggungnya segera bisa disembuhkan.
“Saya mau usaha kumpulkan uang dulu supaya bisa berobat dan bisa operasi. Semoga usaha tambal ban saya terus rame, saya bersyukur sudah banyak yang membantu saya selama ini,” harapnya. (uyang/gie)