More

    Berkahi Penghasilan yang kita dapat dengan Zakat Penghasilan di Dompet Dhuafa

    Kisah Nabi Musa Singkat: Membelah Lautan Pada 10 Muharram

    Muharram, bulan di awal tahun hijriyah yang termasuk bulan suci karena memiliki banyak kemuliaan dan kisah tentang harapan baik. Di bulan Muharram, Rasulullah SAW dan para sahabat hijrah ke Madinah karena penduduknya ramah dan lokasinya strategis untuk menjaga semangat dakwah Islam. Lalu, ada pula kisah Nabi Musa singkat yang membelah lautan pada 10 Muharram untuk hijrah dari penguasa negeri yang kejam.

    Kelahiran Nabi Musa dan dihanyutkan di Sungai Nil

    Kisah Nabi Musa

    Sejak bayi, hidup Nabi Musa tidak pernah tenang karena diincar oleh penguasa dzalim, Raja Fir’aun. Ibunda Nabi Musa mengutamakan keselamatan anaknya dengan memasukkan buah hatinya ke dalam peti kayu dan dihanyutkan di sungai Nil, Mesir.

    Peti Nabi Musa ditemukkan oleh para dayang Fir’aun. Lalu, ia dibawa ke istana Raja Fir’aun. Saat melihat Musa bayi, istri Fir’aun yakni Asiyah binti Muzahim, sangat mencintainya.

    baca juga: KISAH-KISAH TELADAN NABI ULUL AZMI

    Ia merawat Musa kecil meskipun ditentang oleh suaminya. Kisah ini diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Qasas ayat 9:

    وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

    Artinya: Dan istri Firaun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari.

    Ketika Nabi Musa diasuh oleh Asiyah, ia tidak mau makan dan minum susu. Lalu, ia dibawa ke pasar bersama para pengawal perempuan. Sesaat kemudian, saudara perempuan Nabi Musa mengetahui keberadaan Nabi Musa di pasar. Ia memberi tahu pengawal bahwa ada seorang ibu asuh dan penyusu bayi.

    Mereka pun pergi ke rumah yang ditunjukkan oleh gadis tersebut. Muncul seorang wanita yang merupakan ibunda Nabi Musa. Ia ambil bayinya dan mengasuhnya. Ketika diasuh, Musa kecil langsung mau menyusu.

    Asiyah senang dengan kabar tersebut. Sejak saat itu ia menggaji ibunda Nabi Musa dan memberikan nafkah untuk kebutuhan Musa. Nabi Musa tumbuh menjadi pribadi yang baik.

    Kisah mukjizat Nabi Musa membelah lautan di Hari Asyura 

    Kisah Nabi Musa Membelah Lautan

    Saat dewasa, Nabi Musa mengetahui bahwa Firaun adalah pemimpin yang semena-mena. Karena keselamatan dirinya terancam, ia ingin pindah ke tempat yang damai dan jauh dari kejahatan. Maka, Allah mengabulkan permintaan Nabi Musa dan pengikutnya, Bani Israil, untuk pindah ke tempat yang lebih baik dan jauh dari perbudakan.

    Kisah Nabi Musa hijrah bersama pengikutnya dari kekuasaan bengis di Mesir tercantum dalam surat Ad-Dukhan ayat 23:

    فَاَسۡرِ بِعِبَادِىۡ لَيۡلًا اِنَّكُمۡ مُّتَّبَعُوۡنَۙ

    Fa asri bi’ibaadii lailan innakum muttaba’uun

    Artinya: (Allah berfirman), “Karena itu berjalanlah dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar,

    Maksud ayat tersebut adalah Allah menyambut permohonan Nabi Musa dengan berjalan pada malam hari bersama pengikutnya tanpa sepengetahuan Firaun. Meskipun begitu, perjalanan tidak akan mudah karena sesungguhnya Nabi Musa dan pengikutnya akan diikuti dan dikejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya.

    baca juga: ASAL USUL APA ITU PUASA TASUA 9 MUHARRAM DAN NIATNYA?

    Selain itu, kisah Nabi Musa secara singkat membelah Laut Merah pada pagi hari tercantum dalam surat Asy-Syu’ara ayat 60:

    فَاَتْبَعُوْهُمْ مُّشْرِقِيْنَ
    Artinya: Lalu (Fir‘aun dan bala tentaranya) dapat menyusul mereka pada waktu matahari terbit.

     

    Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di pagi hari. Kedua pasukan, yakni Firaun dan Musa, berada pada jarak yang sangat dekat. Mereka berhadapan dengan situasi gawat karena hanya terlihat lautan dari tepi tebing, yakni Laut Merah.

    Melansir dari tausiyah Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, terjadi goncangan di tengah-tengah rombongan Nabi Musa di tanggal 10 Muharram. Ketika kedua pasukan saling melihat satu sama lain, di saat itu pula Bani Israil — pengikut Nabi Musa, yang merupakan orang beriman kepada Allah sudah pasrah.

    “Kita pasti ketangkap,” ujar mereka.

    Sontak, Nabi Musa berkata untuk tidak meragukan kekuasaan Allah,

    “sesekali bukan begitu cara berpikirnya. Sesungguhnya Rabbku bersama denganku akan memberikan petunjuk kepadaku dan kita semua”

    Selama perjalanan, Nabi Musa membawa tongkat. Lalu, Allah menurunkan wahyu untuk memukulkan tongkatnya ke permukaan laut. Seketika, lautan tersibak dan pasukan Nabi Musa sebanyak 600.000 orang bergegas menyeberangi Laut Merah.

    Firaun dan pasukan tenggelam di Laut Merah

    Firaun tenggelam di laut merah pada hari Asyura

    Ketika Nabi Musa dan jamaahnya sudah sampai di tepian seberang, Fir’aun baru tiba di tepi lautan. Lalu, beliau memukulkan kembali tongkatnya dan lautan pelan-pelan menyatu. Kendati demikian, Firaun tidak menghiraukan air laut yang terus naik. Kesombongannya memaksa kuda perangnya untuk terus melaju.

    baca juga: 4 KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM, SUNGGUH MULIA!

    Di tengah lautan Firaun baru menyadari bahwa ia dan pasukannya sudah tidak mungkin menangkap Nabi Musa dan Bani Israil. Ia berusaha kembali ke tepian sambil berdoa kepada Allah untuk diselamatkan. Akan tetapi, semua terlambat dan air laut pasang serta terus meninggi. Secara singkat, Laut Merah kembali menyatu dan menenggelamkan Fir’aun bersama pasukannya.

    Asal usul Puasa Asyura 10 Muharram

    Sejarah, Niat dan Keutamaan Puasa Asyura 10 Muharram

    Pada kisah Nabi Musa secara singkat, kejadian membelah lautan yang menjadi sorotan terjadi di bulan Muharram. Hal tersebut ditunjukkan dari sebuah hadist riwayat Bukhari dan Muslim yang mengatakan ketika Nabi datang ke Kota Madinah, beliau melihat orang yahudi berpuasa di hari Asyura. Nabi bertanya,

    “Hari apa ini?”

    Mereka menjawab,

    “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa, pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah.”

    Lalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa.

    (HR. Al Bukhari)

    Berdasarkan hadist tersebut, Allah menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya pada Hari Asyura di tanggal 10 Muharram. Maka dari itu, Asyura adalah hari mulia.

    baca juga: NIAT PUASA ASYURA 10 MUHARRAM, SEJARAH, DAN KEUTAMAAN

    Cerita Nabi Musa di bulan Muharram menjadi hikmah besar bahwa setelah berusaha (ikhtiar) secara maksimal, maka serahkan semuanya kepada Allah (tawakkal). Tugas manusia adalah berusaha dan berusaha terus. Allah memiliki cara di luar akal manusia untuk menolong hamba-Nya.

    Kemuliaan di Bulan Muharram 

    Muharram adalah bulan mulia di mana Allah melipatgandakan pahala, sebagaimana Allah melipatgandakan dosa. Bulan hijrah merupakan momentum untuk beramal soleh dan mengatakan tidak pada maksiat. Hijrah menjadi motivasi untuk menggapai kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat di jalan yang benar.

    Nabi SAW bersabda dalam riwayat Muslim,

    Al ‘Ibaadatu fil haraji kal hijrati ilayya

    Artinya: “Beribadah di saat ketika manusia lalai, maka pahalanya seperti berhijrah kepada diriku.”

    baca juga: BAGAIMANA SEJARAH TAHUN BARU HIJRIYAH? INI KISAHNYA!

    Salah satu cara untuk menjadi pribadi yang bermanfaat adalah dengan bersedekah kepada anak yatim.

    Yuk, ramaikan Muharram dengan ibadah sebagai bentuk refleksi diri di awal tahun hijriyah. Selain puasa, sedekah juga awal yang baik untuk menjadi pribadi yang bermanfaat. Sedekah di Dompet Dhuafa, mudah, amanah, dan transparan. Klik sedekah di sini sekarang!

    Ditulis oleh: Syasa Halimatussyadiyah