More

    Berkahi Penghasilan yang kita dapat dengan Zakat Penghasilan di Dompet Dhuafa

    Mengenal Sejarah Al-Qur’an, Dari Turun Hingga Pembukuan

    Sahabat mari kita mengenal sedikit tentang Sejarah Al Qur’an. Sebagai umat Islam kita pasti sudah tahu bahwa Al-Qur’an (القرآن) merupakan kallam Allah Subhanahu wa ta’ala yang memiliki keistimewaan dari pada kitab-kitab lainnya. Tapi sudahkah kita mengetahui bagaimana sejarah diturunkannya Al Qur’an? Kurang rasanya jika kita hanya sekedar membaca dan menghafal saja tanpa mengetahui sejarah Al Quran.

    Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah bentuk kata benda infinitif (mashdar) dari kata qara`a (قرأ) yang bermakna membaca atau mengumpulkan.

    Sedangkan, menurut terminologi Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi firman atau wahyu Allah ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sebagai mukjizat melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 bagian atau disebut juz. Jumlah seluruh ayatnya ada 6.666 buah.

    Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur’an sebagai satu mukjizat yang membuktikan kerasulan Nabi Muhammad, dan keberadaan Allah SWT dengan segala sifat-sifat kesempurnaanNya.

    Membaca Al-Qur’an dan menghayati dan mengamalkannya adalah satu ibadah. Ia merupakan satu kitab panduan hidup manusia dan referensi utama umat Islam di samping sunnah Rasulullah.

    Sejarah Al Quran

    Sejarah Periode Turunnya Al Quran

    Al-Qur’an diturunkan melalui perantara malaikat Jibril yang menyampaikan langsung kepada Rasulullah SAW. Proses turunnya Al-Qur’an secara bertahap atau mutawatir selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.

    Para sebagian ulama membagi periode turunnya Al-Qur’an dalam dua periode. Periode Mekkah sebelum hijrah, surat-surat yang turun pada waktu ini disebut (ayat-ayat makkiyyah) yang berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dengan jumlah 86 surat.

    baca juga: KISAH NABI MUHAMMAD SAW DARI LAHIR SAMPAI WAFAT

    Lalu, periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah hingga sesudah hijrah. Surat-surat yang turun pada waktu ini disebut (ayat-ayat madaniyyah), berlangsung selama 10 tahun dengan jumlah 28 surat.

    Pada permulaan turunnya wahyu yang pertama adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 bertempat di Gua Hira saat Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan dan sebelum Nabi hijrah sekitar tahun 610 M pada tanggal 6 Agustus.

    Belajar sejarah Al-Qur’an akan semakin seru dan menambah pengetahuan dengan mengetahui di balik peristiwa Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan. Cek video ini supaya kepomu semakin tuntas!

    Saat itu Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul, hanya berperan sebagai Nabi biasa yang belum ditugaskan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sampai pada turunnya wahyu yang kedua barulah Nabi Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah yang artinya:

    “Wahai yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan.”

    (QS. Al-Muddassir (74):1-2)

    Adapun Wahyu terakhir yaitu surat Al-Maidah ayat 3 yang di turunkan di Jabal Rahmah pada saat Haji Wa’da bertepatan pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 H atau 27 Oktober 632 M.

    Sejarah pembukuan Al Qur’an dibagi ke dalam tiga fase, yaitu di masa Rasulullah, masa khalifah Abu Bakar, dan masa Utsman bin Affan. Ketiga masa memiliki perkembangan masing-masing agar Al Qur’an semakin mudah dibaca dan didapatkan oleh umat Islam.

    1. Pada Masa Rasulullah SAW

      Sejarah turunnya Al Quran

      Dengan keterbatasannya karena tidak dapat membaca dan menulis. Ketika setiap Rasulullah SAW mendapatkan wahyu, beliau langsung menyampaikannya kepada para Sahabat. Adapun Sahabat yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.

      Penulisan Al-Qur’an tercatat masih sederhana dan berserakan pada beberapa media seperti pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat Rasulullah SAW langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

      Penulisan Al-Qur’an pada saat itu belum terkumpul menjadi satu mushaf, karena tidak ada faktor pendorong dalam membukuan Al-Qur’an mengingat Rasulullah SAW masih hidup dan para Sahabat juga menghafal. Alasan lain, karena Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur atau bertahap.

    2. Pada Masa Khalifah Abu Bakar

      Pada masa ini banyak sahabat Hafidz mati Syahid di Perang Yamamah. Jumlah yang syahid sekitar 50 qori, seperti dilansir dari Republika. Maka dari itu, Umar bin Khattab mulai risau dan memikirkan masa depan akan Al-Qur’an. Kemudian, ia berdialog dengan Khalifah Abu Bakar untuk pengumpulan kembali Al-Qur’an.

      baca juga: HAFSAH BINTI UMAR, PEREMPUAN TERKEMUKA SANG PENJAGA MUSHAF PERTAMA

      Karena kekhawatiran tersebut, maka Abu Bakar dan Umar bin Khattab mulai mengumpulkan lembaran ayat-ayat Al Qur’an. Lalu, Abu Bakar meminta Zaid ibn Tsabit, yaitu salah satu mantan juru tulis Nabi Muhammad SAW untuk menuliskan Al-Qur’an agar menjadi lembaran yang dapat disatukan.

      Setelah Al-Qur’an sudah menjadi satu mushaf yang tersusun secara rapih, mushaf tersebut diserahkan dan disimpan oleh Abu Bakar hingga beliau wafat. Lalu, Umar bin Khattab yang menjadi penerus pemegang mushaf hingga beliau wafat. Sepeninggal beliau, estafet penjagaan mushaf diteruskan oleh anaknya yang bernama Hafshah binti Umar bin Khattab yang juga salah satu istri Nabi Muhammad SAW.

    3. Pada Masa Utsman bin Affan

      Agama Islam semakin menyebar luas, sehingga menyebabkan perbedaan pengucapan beberapa kata dalam Al-Qur’an. Maka, Utsman bin Affan berinisiasi membuat standar Al-Qur’an atau biasa kita menyebutnya dengan Mushaf Utsmani. Dalam hal ini dibentuklah satu panitia oleh Utsman bin Affan, terdiri dari Zaid bin Tsabit (ketua), Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdur rahman bin Harits bin Hissyam.

      Tujuannya untuk membukukan Al-Qur’an, yakni dengan menyalin dari lembaran-lembaran yang berisi ayat-ayat Al-Qur’an itu menjadi sebuah buku. Selain itu, ia menyeragamkan penulisan serta pembacaannya yang sesuai dengan dialek suku quraisy, sebab konon alqur’an diturunkan menurut dialek suku tersebut.

      Utsman berusaha mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar untuk meminta dokumen ayat-ayat Al Qur’an. Saat negosiasi, Hafsah mengizinkan dengan syarat Utsman mengembalikan dokumen asli saat ayat sudah selesai disalin. Utsman pun setuju.

      baca juga: 11 Kisah Lengkap Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

      Setelah rapi dan jadi dalam bentuk dibukukan, mushaf mulai didistribusikan ke beberapa negara, seperti Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah sampai  ke negara Islam lainnya. Utsman pun menepati janjinya untuk mengembalikan dokumen asli kepada Hafsah.

      Dari sejarah tersebut kita menjadi lebih mengetahui asal-usul dan proses terbentuknya Al-Qur’an, mengingat yang isinya merupakan sebuah petunjuk kepada manusia. Mari, baca Al Quran dengan giat!

    Sahabat, penyebaran Al-Qur’an juga sampai ke negara Indonesia. Namun, negara dengan mayoritas kaum Muslim, penyebaran Al-Qur’an belum merata sampai Nusantara.

    Banyak mimpi penerus bangsa ingin menjadi seorang Hafidz Qur’an. Mari bersama membangun generasi Qur’ani hingga pelosok negeri dengan ikut penuhi kebutuhan Al Qur’an bersama Dompet Dhuafa. Mari, sedekah Al Qur’an dengan klik tombol di bawah ini, ya!

    *Diolah dari beberapa sumber, Wikipedia.org, Kedesa.id, Suaramuslim.net, Republika