Uang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Uang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup, dan untuk mendapatkannya diperlukan perjuangan dan upaya.
Pengelolaan keuangan yang bijaksana sangat penting untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Keuangan yang dikelola dengan bijaksana juga dapat membantu kita untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi, yaitu beribadah kepada Allah dan berkontribusi kepada masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara mengelola keuangan yang sesuai dengan ajaran Islam, terutama yang dicontohkan oleh suri tauladan umat muslim Rasulullah Muhammad SAW.
Daftar Isi
Mengapa Perlu Mengatur Keuangan Menurut Islam?
Uang dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan diterima secara umum sebagai alat pembayaran bagi barang dan jasa. Namun, dalam Islam, uang bukan hanya sekadar alat tukar, tetapi juga amanah yang harus dikelola dengan baik.
Pengelolaan keuangan dalam Islam sangat penting karena berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip syariah yang mengatur kehidupan umat Muslim. Mengatur keuangan dengan baik tidak hanya membantu individu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akan tetapi, juga memastikan bahwa harta yang dimiliki digunakan untuk tujuan yang baik dan bermanfaat. Dalam Islam, harta adalah amanah dari Allah SWT yang harus dikelola dengan bijaksana. Hal tersebut sebagaimana penjelasan Allah SWT dalam Al-Qur’an yaitu,
وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا٢٦ إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.“ (Q.S. al-Isra: 26-27).
Dengan mengatur keuangan, kita dapat menghindari perilaku boros, menghindari utang yang tidak perlu, dan mempersiapkan diri untuk masa depan, termasuk untuk beribadah dan membantu sesama. Selain itu, pengelolaan keuangan yang baik juga mencerminkan rasa syukur kita atas nikmat yang diberikan Allah.
Rasulullah sebagai Teladan Financial Management
Nabi Muhammad SAW adalah panutan bagi setiap umat Muslim. Setiap gerak dan aktivitas Rasulullah sangat pantas dan patut kita tiru. Tidak hanya soal beribadah, tetapi dalam keseharian atau kehidupan, kita juga harus bisa mencontoh baginda nabi. Salah satu hal yang perlu kita teladani dari Nabi Muhammad SAW adalah hidup dengan sifat qanaah.
Tentu sifat qanaah yang Rasul jalankan hanya bisa dilakukan dengan pengaturan keuangan yang baik. Lalu bagaimana cara mengatur keuangan ala nabi tersebut? Berikut penjelasannya lengkapnya.
-
Tidak Meninggalkan Utang
Rasulullah SAW sangat memperhatikan masalah utang. Beliau mengajarkan agar umatnya tidak berutang jika tidak mampu membayarnya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung pada utangnya sampai ia melunasinya.“ (H.R. Ahmad).
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menghindari utang yang tidak perlu dan memastikan bahwa setiap utang yang diambil dapat dilunasi tepat waktu. Dengan tidak meninggalkan utang, kita dapat menjaga kehormatan dan integritas diri dalam masyarakat.
Selain itu, utang juga dapat menjadikan harta kita terpakai secara percuma. Ini karena dengan adanya utang, terkadang seseorang merasa memiliki uang atau dapat membeli sesuatu di luar kemampuannya. Sehingga dengan mengurangi utang, kita dapat mengelola keuangan dengan lebih baik
-
Dapat Digunakan dalam Ibadah
Pengelolaan keuangan yang baik juga mencakup penggunaan harta untuk beribadah. Penggunaan harta sebagai sarana ibadah dapat menjadi indikator keberkahan yang kita dapatkan. Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk menggunakan harta mereka dalam amal jariyah, seperti sedekah dan infak. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian yang baik dari apa yang kamu peroleh dan dari apa yang Kami keluarkan untukmu dari bumi…“ (Q.S. al-Baqarah: 267).
Dengan mengelola keuangan untuk tujuan ibadah, kita tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga membersihkan harta kita dari unsur-unsur yang tidak baik. Allah SWT telah berjanji bahwa harta yang digunakan di dalam ibadah juga akan kembali kepada kita, bahkan berkali-kali lipat lebih banyak.
Tidak hanya itu, sedekah dan infak yang kita keluarkan juga sangat berguna bagi kehidupan umat secara luas. Manfaat ini lebih lanjut, tentu juga akan dapat kita rasakan kembali. Sehingga, penggunaan harta dalam ibadah menjadi salah satu cara mengelola keuangan yang efisien.
Baca Juga : 6 Keutamaan Sedekah Ini Bikin Ringan Hati untuk Menolong
-
Fungsi Proteksi (Dana Darurat)
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya memiliki dana darurat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat memprediksi kapan akan terjadi keadaan darurat, seperti sakit atau kehilangan pekerjaan.
Oleh karena itu, penting untuk menyisihkan sebagian harta sebagai dana darurat. Dalam hal ini, kita dapat menerapkan prinsip ZAPFIN (Zakat, Assurance, Present consumption, , Future Spending, dan Investment) yang dipopulerkan oleh Prita Ghozie, founder dari ZAP Finance. Prinsip ini dapat memastikan kita memiliki perlindungan finansial yang memadai, mulai dari fungsi social impact dari harta kemudian memerhatikan juga manajemen risiko untuk kehidupan sehari-hari, hingga plot keuangan untuk masa depan dengan investasi.
-
Perencanaan Harta
Rasulullah SAW sangat memperhatikan perencanaan harta. Beliau mengajarkan pentingnya merencanakan penggunaan harta dengan bijaksana, termasuk dalam hal warisan. Hal tersebut sebagaimana penjelasan Allah SWT dalam salah satu ayat Al-Qur’an yaitu,
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا ٱلْوَصِيَّةُ لِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ بِٱلْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى ٱٱلْمُتَّقِينَ
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah: 180).
Perencanaan harta yang baik akan memastikan bahwa harta yang dimiliki dapat digunakan dengan bijaksana. Selain itu, perencanaan harta juga perlu dilakukan agar tidak menimbulkan perselisihan di antara ahli waris.
-
Pemeliharaan Harta
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya menjaga dan merawat harta. Dalam Islam, harta yang dimiliki harus dikelola dengan baik agar tidak mengalami kerugian.
Hal ini mencakup menjaga aset, melakukan investasi yang bijaksana, dan menghindari pemborosan. Dengan pemeliharaan yang baik, harta kita akan terus berkembang dan memberikan manfaat.
-
Distribusi Kekayaan
Distribusi kekayaan dalam Islam juga sangat penting. Rasulullah SAW mengajarkan agar harta dibagikan dengan adil kepada yang berhak, termasuk keluarga, kerabat, dan orang-orang yang membutuhkan. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an yaitu,
لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا تَرَكَ ٱلْوَٰلِدَانِ وَٱلْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا تَرَكَ ٱلْوَٰلِدَانِ وَٱلْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ ۚ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا
“Bagi laki-laki ada bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabat, dan bagi perempuan ada bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabat, baik sedikit maupun banyak, sebagai bagian yang telah ditetapkan.“ (Q.S. an-Nisa: 7).
Dengan mendistribusikan kekayaan secara adil, dapat menjadikan harta yang kita cari selama ini dapat bermanfaat bagi keluarga sekitar. Selain itu, distribusi kekayaan juga dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera.
Baca Juga : Mengapa Umat Muslim Harus Kaya?
Terakhir, dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan ala Rasulullah SAW, kita tidak hanya berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Akan tetapi, juga memperkuat iman dan meningkatkan kualitas hidup kita.
Setiap amal yang kita lakukan dengan niat yang tulus dan sesuai dengan ajaran Allah akan mendatangkan keberkahan dalam hidup kita. Mari kita berkomitmen untuk terus berbuat baik, bertaubat, dan menjalani hidup dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, agar kita senantiasa berada dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.