Sejarah Palestina dari sisi Islam yang dilansir dari Republika bahwa kerajaan Bani Israil di Palestina terbagi menjadi dua sebelum tahun 1000 SM, yaitu Kerajaan Israil di utara yang diperintahkan oleh Esybaal dan Kerajaan Yehuda di selatan yang dipimpin Nabi Daud AS. Bani Israil di Palestina mencapai masa emas dan kejayaan pada masa kepemimpinan Nabi Daud.
Ia memiliki pasukan kuat dan dukungan yang besar dari rakyatnya yang beriman kepada Allah. Nabi Daud meninggal pada tahun 963 SM, lalu anaknya, Nabi Sulaiman meneruskan kejayaan di bawah 40 tahun kepemimpinan dengan membangun dan menguatkan infrastruktur Palestina. Surat Al-Anbiya ayat 81 mencatat tentang masa kejayaan Sulaiman saat memimpin Palestina:
وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ عَاصِفَةً تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖٓ اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عٰلِمِيْنَ
Artinya:
Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu
(Al-Anbiya: 81).
Lalu, sebutan negeri Syam meliputi Syria (Suriah), Palestina, Urdun (Yordania), dan Lebanon. Al-Quran menyebutkan Syam, termasuk Palestina, memiliki banyak karunia yang melapangkan dada dan membahagiakan jiwa. Hal ini tertera pada surat Al-Anbiya 71 yang memiliki arti:
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ
Artinya:
Dan kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luthfi ke sebuah negeri yang telah kami berkahi untuk seluruh alam
(Al-Anbiya: 71).
Ayat tersebut sedikit menceritakan tentang hijrah atau perpindahan nabi Ibrahim dan Luth dari suatu tempat ke lokasi yang lebih baik secara iman dan takwa.
Daftar Isi
Banyaknya Keberkahan di Palestina
Masih ada lagi firman Allah yang memberi tahu kepada umat Islam alasan Palestina banyak keberkahan di dalamnya. Negeri para nabi tersebut memiliki tanah yang subur, hasil pertanian dan buah-buahan yang segar, dan sumber air bersih seperti sungai. Hal ini tertera di dalam Surat Al-A’raf 137:
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
Artinya:
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan-Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka
(Al-A’raf 137).
Palestina seperti negara pada umumnya yang memiliki sejarah jatuh bangun kerajaan, kekaisaran, perbedaan agama, perang, orang-orang pindah, pergi, atau hidup berdampingan. Dengan kata lain, Palestina memiliki asal mula dan cerita turun temurun yang tidak dapat dihapus dari ingatan rakyat lokal, keluarga, keturunannya, bahkan dunia.
Masalah bermula saat Inggris sebagai pemenang Perang Dunia I memberikan tanah Palestina untuk Zionis pada Deklarasi Balfour 1917. Hal tersebut menjadi pintu Zionis terobsesi terhadap seluruh bagian Palestina. Perjanjian Oslo 1993 seakan tidak memiliki dampak signifikan hingga sekarang.
Sejarah Palestina memiliki runutan yang panjang dan luas. Meskipun begitu, tidak susah untuk belajar suatu hal baru. Melansir dari Decolonize Palestine, sebuah situs yang dikelola oleh dua orang lokal yang tinggal di Ramallah, bahwa Palestina telah menjadi rumah bagi banyak budaya, kerajaan, dan kekaisaran yang masih dapat dirasakan hingga saat ini.
baca juga: DERETAN 8 FAKTA ISTIMEWA MASJID AL-AQSA DAN SEKITARNYA
Situs edukasi tersebut merangkum beberapa mitos yang seringkali kita pikir hanya masalah nenek moyang hingga akhirnya ragu mendukung kemerdekaan Palestina sepenuhnya, seperti:
1. Hanya memperjuangkan hal yang kuno
Tidak demikian. Masalah Palestina berakar pada gerakan Zionis serta tujuannya menjajah Palestina untuk mendirikan negara pemukim Zionis di sana. Konferensi Zionis pertama berlangsung pada akhir abad ke-19 di tahun 1897.
2. Solusi dua negara jalan baik untuk masa depan
Solusi dua negara bukanlah satu-satunya jalan ke depan untuk masalah Palestina. Rakyat Palestina dan keturunannya mengutamakan pemberhentian obsesi Israel untuk memperluas demografis. Hal itu menjadi kunci agar semuanya lebih masuk akal dan adil.
3. Rumit
Jika ditelusuri kembali ke akarnya, pertanyaan Palestina sangat sederhana tentang kolonialisme pemukim dan perlawanan terhadapnya. Secara alami, ini sama rumit dan layaknya studi seperti perjuangan kemanusiaan lainnya. Akan tetapi, klaim kompleksitas yang luar biasa sering digunakan sebagai upaya untuk mengaburkan realitas di lapangan dan membatasi diskusi.
Masalah Palestina merupakan masalah kemanusiaan penjajahan yang masih terjadi di era modern ini. Kita dapat melacak asal-usulnya, mencatat peristiwa dan lintasannya, dan menganalisis politiknya dengan cukup baik.
Itulah secuil ulasan sejarah Palestina dan beberapa mitosnya yang seringkali kita temukan berseliweran di sosial media atau pembicaraan umum. Gencatan senjata sudah diumumkan, namun bukan berarti kebijakan ini langgeng seterusnya. Selain itu, trauma akibat kehilangan tidak sirna begitu saja.
Sahabat, perjuangan ini baru permulaan dari bertahun-tahun penindasan yang dilakukan oleh Israel. Terus tingkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk mendukung kemerdekaan penuh bagi Palestina.
Suarakan dengan lantang dukungan Sahabat melalui donasi Kemanusiaan Dompet Dhuafa di sini di tautan ini. Bantu korban pulih dengan makanan sehat dari Foodbank Palestine Dompet Dhuafa, logistik, ambulans, serta shelter kesehatan. (Zakat.or.id/Halimatussyadiyah)