More

    3 Macam Sifat Dasar Nabi, Apa Saja?

    -

    sifat wajib nabi shiddiq, amanah, tabligh, fatonah

    Menjadi seorang pemimpin untuk mengantarkan umat muslim dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh penerangan harus memiliki daya juang yang tinggi. Daya juang tersebut diiringi oleh ketulusan hati untuk mendapatkan rahmat ridho Allah senantiasa bersama-sama menguatkan akar fondasi iman dan takwa. Maka dari itu, Allah kirimkan utusan ke muka bumi dengan tiga macam sifat nabi.

    Kepemimpinan dalam islam yakni kegiatan menuntun, memotivasi, membimbing, dan mengarahkan agar manusia dekat dengan Allah SWT. Pemimpin tersebut adalah Nabi dan Rasulullah SAW pilihan Allah SWT dengan memiliki sifat nabi yang patut untuk diimplementasikan dalam kehidupan.

    Secara fundamental, ada tiga macam sifat nabi, yaitu:

    1. sifat wajib. Sifat ini merupakan hal yang pasti harus ada di dalam diri Nabi atau Rasul. Cakupannya meliputi shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), fathonah (cerdas).
    2. sifat mustahil. Sifat ini merupakan sifat yang tidak mungkin ada di diri Nabi atau Rasul. Sifat-sifat tersebut seperti kidzib (dusta), khianat (tidak dapat dipercaya), kitman (menyembunyikan), baladah (bodoh).
    3. sifat jaiz. Sifat jaiz pada Nabi dan Rasul sangat berbeda dengan sifat jaiz Allah SWT. Adapun sifat jaiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa, seperti ishmaturrasul dan iltizzamurrasul.

    Pemimpin yang berkualitas tidak luput dari sifat nabi yang akan mencerahkan kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Islam sangat cermat dalam menentukan pemimpin yang akan menjadi suri tauladan untuk membangun umat yang lebih baik. Pemimpin yang patut dan layak berkualitas adalah Nabi dan Rasul Allah SWT yang telah menunjukkan jalan kebaikan. Yuk mari renungkan 3 macam sifat nabi, yaitu sifat wajib, jaiz, dan mustahil bagi Nabi dan Rasul SAW.

    1. Sifat Wajib Nabi

    Sifat wajib merupakan sifat yang pasti terdapat dalam diri Nabi dan Rasul. Bukan disebut Nabi atau Rasul jika tidak memiliki 4 sifat tersebut. Agar lebih mudah untuk menghafalkannya kita singkat dengan STAF yaitu Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah.

    a. Shiddiq (Benar)

    shiddiq

    Shiddiq memiliki arti yaitu benar atau jujur, bahwasannya Nabi dan Rasul selalu dijaga oleh Allah SWT dalam hal kejujuran serta kebenarannya. Mustahil bagi Nabi dan Rasul untuk ingkar segala hal yang diberikan kepada umatnya. Dikarenakan mereka adalah pemimpin pilihan Allah SWT yang telah diutus untuk umatnya. Lebih lengkapnya bahwa Shiddiq merupakan hadirnya kekuatan yang dapat melepaskan diri dari dusta kepada Tuhannya, diri sendiri, ataupun orang lain.

    Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an

    وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

    Artinya:

    “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab(al-Qur’ān), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.”

    (Q.S. Maryam/19: 41)

    b. Tabligh (Menyampaikan)

    tabligh

    Tabligh pada bahasa yaitu menyampaikan sedangkan dalam makna istilah adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada manusia. Kelak untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pedoman yang utama dan pokok aktivitas tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar. Memiliki arti perintah untuk mengerjakan yang baik dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji serta mengajak beriman kepada Allah SWT.

    c. Amanah (Dipercaya)

    amanah

    Amanah memiliki arti dapat dipercaya, bahwasannya Nabi dan Rasul tidak pernah ingkar atau pun berdusta kepada umatnya. Nabi dan Rasul selalu dapat dipercaya untuk melaksanakan apapun yang Allah SWT perintahkan kepadanya.

    Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi Rasul telah diberikan gelar Al-Amin  yang berarti dipercaya, sifat tersebutlah yang mengangkat posisi Nabi  pemimpin yang baik. Beliau amat bertanggung jawab kepada tugas dan kepercayaan dari segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, ataupun agama kepada Allah SWT.

    d. Fathonah (Cerdas)

    fathonah

    Fathonah berarti cerdas, Nabi dan Rasul harus mampu memberikan argumen, pendapat, serta berdakwah untuk mengajak umatnya ke jalannya yang benar. Maka Allah SWT memberikan kecerdasan kepada Nabi dan Rasul untuk dapat ber-Fastabiqul Khairat berdakwah jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

    Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad SAW dari Lahir sampai Wafat

    Salah satu bukti kecerdasannya pada kisah Rasulullah SAW dimana saat itu kelompok kabilah di Mekkah ingin meletakan batu hitam diatas Ka’bah. Cerdasnya Rasul menengahinya dengan cara kelompok memegang ujung kain, lalu meletakkan batu tersebut ditengahnya, dan semua mengangkat hingga diatas Ka’bah.

    2. Sifat Mustahil Nabi

    Setelah kita mengetahui sifat pada Nabi dan Rasul, kini kita akan membahas sifat yang tidak mungkin ada pada dirinya. Adapun sifat mustahil pada Nabi dan Rasul merupakan lawanan dari sifat wajib. Sifat mustahil dapat disingkat menjadi K3B (Kidzib, Khianat, Khitman, dan Baladah) sebagai berikut:

    a. Kidzib (Dusta)

    Kidzib adalah berbohong atau berdusta, Nabi dan Rasul tidak mungkin memiliki sifat tersebut, mereka adalah Maksum berarti terjaga dari sifat tercela tersebut. Setiap dakwah, ajaran, dan perkataan yang disampaikan oleh Nabi dan Rasul merupakan kebenaran serta akurat. Dikarenakan hal tersebut merupakan wahyu dari Allah SWT yang sudah dipastikan kebenaran dan keberkahannya.

    Baca Juga: Kisah-Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi

    b. Khianat (Tidak Dapat Dipercaya)

    Khianat memiliki arti kebalikan dari Amanah, yaitu tidak dapat dipercaya baik dari segi perkataan, perbuatan, atau tindakan. Allah SWT telah mengutus pemimpin untuk kesejahteraan umat muslim dengan sifat yang dapat dipercaya kepada Nabi dan RasulNya. Adapun umat yang tidak mempercayainya untuk menuju jalan kebaikan, lantas kehidupannya akan jauh dari keberkahan. Jika senantiasa mendengarkan dakwah nabi dan mengimplementasikan dalam kehidupan kelak Allah akan menuntunmu selalu untuk menjadi pribadi lebih baik.

    c. Kitman (Menyembunyikan)

    Menyembunyikan dalam arti menutupi semua hal untuk kebaikan dan kebenaran kepada umat. Nabi dan Rasul tidak mungkin memiliki sifat menyembunyikan suatu hal petuah kebaikan dan kebenaran. Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT kelak menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat manusia menuju jalan kebaikan. Wahyu yang senantiasa disampaikan dari Nabi dan Rasul yakni dalam kondisi yang tepat dan sesuai keadaan dan kondisi pada umatnya.

    Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

    قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

    Artinya:

    “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).

    (Q.S. al-An’ām/6: 50)

    d. Baladah (Bodoh)

    Baladah yakni bodoh merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada diri Nabi dan Rasulullah SAW. Nabi dan Rasulullah merupakan manusia yang terpilih dari Allah SWT lantas Allah tidak akan memilih pemimpin yang bodoh lagi menyesatkan. Kecerdasan yang dimiliki Nabi dan Rasul merupakan kecerdasan yang paripurna. Mereka memiliki kepribadian yang cerdas, baik dari sisi logika berpikir, emosi dan spiritual.

    baca juga: KISAH NABI NUH SAAT BANJIR BESAR DAN DOA HUJAN BAIK

    3. Sifat Jaiz 

    Setelah kita merenungi sifat wajib dan sifat mustahil bagi Nabi dan Rasul, terdapat satu sifat nabi lagi yaitu sifat jaiz. Sifat jaiz pada Nabi dan Rasul sangat berbeda dengan sifat jaiz Allah SWT. Adapun sifat jaiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa. Rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya, bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk biasanya.

    Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

    وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ

    Artinya:

    “…(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.”

    (Q.S. al Mu’minūn/23: 33)

    Ada 2 sifat jaiz pada Nabi dan Rasul dapat disingkat dengan I2, yaitu Ishmaturrasul dan Iltizzamurrasul sebagai berikut:

    a. Ishmaturrasul

    Ishmaturrasul merupakan orang yang ma’shum, yaitu terlindung dari dosa dan kesalahan pada kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. Nabi dan Rasul selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun walaupun seberat apapun, mereka tetap tangguh dan tegar.

    b. Iltizzamurrasul

    Iltizzamurrasul memiliki arti yaitu orang yang selalu berkomitmen kuat dengan apapun yang mereka ajarkan. Nabi dan Rasul berdakwah untuk menerangi jalan umatnya sesuai dengan arahan dan perintah dari Allah SWT.  Berbagai ujian, rintangan, dan tantangan yang menghadang jalan dakwah Nabi dan Rasul baik dari musuhnya ataupun pribadinya. Namun hal tersebut tidak mengoyahkan semangat juang mereka untuk mundur ataupun menyerah demi kebaikan umat atas perintah Allah SWT.

    Baca Juga: Macam-macam Hijrah

    Selayaknya sebagai umat muslim kita harus dapat menjadikan Nabi dan Rasul sebagai motivator dalam roda kehidupan. Sifatnya yang amat terpuji, tutur kata yang baik, akhlaknya dan lainnya yang patut untuk dijadikan suri tauladan melangkahi perjalanan. Mari warnailah setiap perangai kehidupanmu diiringi dengan berdakwah sebagaimana Nabi dan Rasul dengan sifatnya nan pemimpin kebaikan dunia akhirat.

    Selain merenung, umat Islam hendaknya mengikuti sifat teladan para nabi dan rasul dengan beramal sholeh seperti sedekah, zakat, infak, atau wakaf. Meskipun diri kita tidak sempurna, tetap teruskan estafet perjuangan para Nabi dan Rasul dengan menambah keimanan pada diri sendiri, salah satunya melalui ziswaf di pranala ini.

    Yuk, terus menebar manfaat melalui zakat, infak, sedekah, atau wakaf. Kebaikanmu menjadi pemantik yang lain untuk meneruskan kebaikan lainnya. Jangan takut berbagi, ketuk tautan ini sekarang!

     

     

    spot_img
    spot_img

    Panduan Lengkap Fiqh Zakat Terdiri dari 8 Bab memberikan pemahaman kepadamu tentang pentingnya syariat Zakat, Jenis-Jenisnya, dan semua hal yang paling sering ditanyakan tentang zakat.

    spot_img