Tepat pada 10 November 2023 kali ini, kita sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pahlawan Nasional. Sudah 78 tahun sejak pertempuran di Surabaya tersebut, masih dapat kita dengar hingga kini rekaman siaran radio yang turut menggetarkan perjuangan para pejuang saat itu.
Ya, orasi dari Bung Tomo yang ditutup dengan kalimat Takbir, Allahu Akbar! Menjadi bukti sejarah, bahwa kepahlawanan dalam Islam merupakan hal yang penting untuk disuarakan. Bahkan bila dilihat berdasarkan kacamata jihad yang merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam, kepahlawanan tentu menjadi sifat yang perlu dimiliki oleh setiap Muslim.
Bahkan sifat kepahlawanan tersebut juga turut Allah gambarkan melalui firman-Nya di dalam Al-Qur’an. Allah SWT juga tidak hanya menjelaskan apa itu kepahlawanan dalam Islam, tapi juga menceritakan berbagai kisah dan keutamaannya yang tergambarkan dari umat-umat terdahulu.
Daftar Isi
Apa itu Arti Kepahlawanan?
Sebelum mempelajari lebih jauh mengenai penjelasannya di dalam Al-Qur’an, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu arti dari kepahlawanan. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepahlawanan adalah suatu sifat yang dimiliki oleh seorang pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, perjuangan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan.
Sehingga dahulu, siapapun mereka yang berjuang untuk kebenaran dan rela berkorban demi kesejahteraan masyarakat, bangsa, serta negara pantas dikatakan sebagai seorang pahlawan ataupun pejuang. Bahkan banyak diantara pejuang zaman dahulu yang berhasil meraih gelar kepahlawanan karena telah gugur akibat berperang secara langsung melawan penjajahan.
Namun saat ini, tentu saja perjuangan yang dijalani oleh para tokoh heroik pada masa lampau tidak dapat disamakan dengan era sekarang. Sudah pasti kita tidak akan membawa senjata berat seperti senapan dan meriam seperti zaman dahulu.
Akan tetapi semestinya, generasi muda masa kini tetap harus menghidupkan semangat perjuangan dengan berbagai metode, seperti mengejar ilmu dengan tekun, mengembangkan diri secara mandiri, bersikap kritis dalam berpikir, dan memiliki pendekatan solutif dalam mengatasi masalah-masalah sosial.
Ini karena konsep kepahlawanan itu sendiri, berdasarkan pandangan Emha Ainun Nadjib, timbul karena seseorang telah memberikan jasa atau telah melakukan tindakan konkret. Menurutnya, ada seseorang yang juga dianggap pahlawan bukan karena jasanya, melainkan justru hanya karena mereka menolak untuk tidak melakukan apa-apa.
Kepahlawanan ini menurutnya dinilai, dari perjuangan yang telah seseorang tekuni secara konsisten. Oleh karena itu, penting bagi kita yang hidup di masa kini tetap menjaga semangat kebermanfaatan, setidaknya untuk diri sendiri dan juga keluarga, agar tetap memiliki sifat kepahlawanan yang sebagaimana dimaksudkan oleh Emha Ainun Nadjib tersebut.
Baca Juga : Pentingnya Mengenal Sejarah Islam di Era Modern serta Korelasinya dengan Pembebasan Palestina
Semangat Kepahlawanan Menurut Al-Qur’an
Tidak hanya untuk masyarakat, bangsa, ataupun negara, sifat kepahlawanan juga penting untuk memperjuangkan nilai-nilai agama. Bahkan, Allah SWT beserta Rasul-Nya secara khusus telah mengajarkan kita mengenai apa itu kepahlawanan dalam Islam beserta hakikat dan keutamaannya.
Kepahlawanan Menurut Surah Al-Baqarah Ayat 154
Sebagai generasi yang hidup di masa modern seperti ini, tentu kita tidak mengerti bagaimana nasib para pejuang yang gugur di medan perang. Apakah kematian mereka sia-sia atau terhormat? Menanggapi hal tersebut, Allah SWT melalui ayat ini memberikan penjelasan sebagai berikut.
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
“Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (Q.S. al-Baqarah: 154).
Dari ayat ini, kita dapat mengetahui hakikat dari pengorbanan ketika seorang pejuang memiliki rasa kepahlawanan dalam Islam. Bahwasanya, Allah SWT akan memberikan balasan bagi pejuang Muslim yang sudah mengorbankan hidupnya untuk berjuang bagi Islam.
Selain itu, Imam al-Qurthubi juga menafsirkan ayat tersebut bahwa walaupun tubuh seseorang sudah tak ada secara nyata, ruh atau jiwa mereka masih tetap Allah SWT hidupkan di alam lain. Lalu, mereka diberkahi dengan kehidupan baru di alam tersebut, karena sudah menjaga semangat kepahlawanan yang menginspirasi bagi mereka yang masih menjalani hidup.
Kepahlawanan Menurut Surah At-Taubah Ayat 20
Tidak hanya membahas mengenai hakikat, Allah SWT juga menerangkan di dalam Al-Qur’an mengenai keutamaan bagi seorang pejuang yang tetap teguh mempertahankan sifat kepahlawanan dalam Islam. Sebagaimana yang Allah SWT terangkan berikut ini.
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya menurut Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (Q.S. at-Taubah: 20).
Melalui ayat ini, Allah SWT ingin menanamkan rasa kepahlawanan yang mendalam bagi para hamba-Nya yang mau berjuang demi agama Islam. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim memiliki tekad untuk memberikan segenap harta dan jiwa demi bangsa serta agama.
Tindakan kontribusi, baik yang besar maupun kecil, memiliki arti yang sama pentingnya, terutama dalam konteks mempertahankan kedaulatan bangsa. Sebagaimana firman ini Allah SWT turunkan sebagai penolakan terhadap pandangan orang kafir yang menganggap menjaga Masjidil Haram lebih utama daripada berjuang bersama Nabi.
Dengan tegas, ayat ini menyampaikan bahwa derajat seseorang yang berkontribusi untuk agama jauh lebih tinggi di sisi Allah SWT. Bahkan, Muslimin yang telah memberikan kontribusi untuk agama dan bangsa sejatinya telah meraih kemenangan, yakni kemenangan yang bersifat personal itu sendiri.
Kepahlawanan Menurut Surah Al-Hasyr Ayat 9
Bahkan, Al-Qur’an juga telah menjabarkan mengenai karakteristik dari sifat kepahlawanan dalam Islam, yang dapat kita teladani dan aplikasikan bersama-sama dalam kehidupan sehari-hari. Penjabaran ini telah Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai berikut.
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ ۦفَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (Q.S. al-Hasyr: 9).
Menurut Tafsir Al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili, terdapat cerita mengenai kaum Ansar dalam ayat tersebut. Kelompok ini yang telah menetap di Madinah ini sejatinya sudah memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Allah dan Rasul-Nya sebelum Muhajirin hijrah.
Dalam ayat tersebut, disebutkan tiga sifat kepahlawanan yang dimiliki oleh kaum Ansar. Pertama, terdapat rasa cinta tanah air atau patriotisme. Patriotisme di sini bukan hanya mencakup cinta terhadap bangsa dan negara, melainkan juga melibatkan pengabdian diri untuk kepentingan sosial demi meraih keridhaan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Rasa patriotisme yang berakar pada keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya mendorong kaum Ansar untuk mencintai segala hal yang terkait dengan keduanya tanpa memandang pilih kasih. Hal ini menjadikan mereka sebagai individu yang berani, penuh keyakinan, dan senang menolong orang yang membutuhkan.
Baca Juga: 5 Kiprah Tokoh Ulama Hebat sebagai Pahlawan di Kemerdekaan Indonesia
Tanda Kepahlawanan dalam Islam
Lebih jauh lagi, Al-Qur’an juga telah menjabarkan 5 tanda kepahlawanan dalam Islam, yang wajib dimiliki oleh setiap umat Muslim.
1. Tidak Bermental Pengemis
Tanda pertama kepahlawanan adalah ketidakberpihakan pada mentalitas pengemis. Ini tercermin dalam penolakan untuk meminta-minta atau bergantung pada orang lain. Ayat Al-Quran menggarisbawahi pentingnya tidak menjadi beban bagi orang lain dan menciptakan keberdampakan positif.
2. Lebih Besar Rasa Kasih Sayangnya
Kepahlawanan selanjutnya ditandai oleh rasio kasih sayang yang lebih besar daripada kebencian. Pahlawan sejati mengutamakan perdamaian dan menyebarkan salam serta kebaikan kepada sesama, bahkan dalam situasi sulit. Sikap ini memperlihatkan kepemimpinan moral dan emosional yang positif.
3. Keberadaannya Memberikan Dampak
Tanda ketiga adalah bahwa eksistensi pahlawan berdampak berkelanjutan, memberikan manfaat yang terus-menerus kepada masyarakat. Tindakan dan perjuangan yang ditinggalkan oleh pahlawan tetap memberikan manfaat dan inspirasi kepada generasi berikutnya. Hal ini mencerminkan keberlanjutan dari pengaruh positif mereka.
4. Bukan Pelaku Kejahatan
Pahlawan juga ditandai dengan perilaku yang tidak melibatkan kejahatan. Mereka berhati-hati dalam tindakan mereka, mengendalikan nafsu, dan tidak terlibat dalam perbuatan maksiat. Hal ini mencerminkan kesucian hati dan ketaatan terhadap nilai-nilai moral dan etika.
5. Mampu Menaklukkan Egoisme
Tanda terakhir kepahlawanan adalah kemampuan untuk mengesampingkan egoisme pribadi. Pahlawan mampu menaklukkan dorongan egois dan fokus pada kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Mereka menjadikan kemaslahatan umum di atas segala-galanya, menciptakan figur pahlawan sejati yang patut dijadikan teladan.
Sebagai penutup, Ali Shariati menyampaikan bahwa Rasullullah SAW dan para nabi senantiasa berjuang dan menentang setiap bentuk penindasan yang terjadi di dunia. Maka, tugas kita saat ini adalah menghidupkan kembali semangat kenabian dengan cara, meneladani dan melanjutkan perjuangan mereka sebagai bentuk rasa kepahlawanan dalam Islam. (adn/fau)
Referensi: Ibnukatsir.or.id, tafsiralquran.id, al-hikmah.ac.id