Sebagai umat Islam, kita wajib mengambil hikmah dari setiap peristiwa dan sejarah yang pernah ada. Termasuk dari kisah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang penyair bernama Abdullah bin Rawahah. Selain menjadi pujangga favorit nabi, Ia tegas menolak praktik korupsi seperti suap. Di dalamnya banyak hikmah dan keteladanan yang bisa kita terapkan dalam kehidupan nyata.
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (QS. An-Nisaa’: 113)
Dari ayat tersebut disebutkan bahwa hikmah juga diturunkan oleh Allah kepada manusia. Para ulama menyebutkan bahwa hikmah hanya bisa didapatkan dan dipahami oleh orang-orang yang bertaqwa.
Baca juga: Hikmah Isra Miraj, Amalan, dan Cara Memperingati Saat Pandemi Covid-19
Untuk mengambil hikmah yang lebih banyak dalam Islam, berikut ini adalah salah satu Kisah Sahabat Nabi yaitu Abdullah bin Rawahah yang dapat kita pelajari. Dari beliau, kita belajar untuk tegas terhadap diri sendiri dan menolak berbagai nafsu dunia yang bisa menjeratnya melalui kisah sahabat nabi ini untuk berani tolak suap.
Daftar Isi
Belajar dari Kisah Sahabat Nabi, Abdullah bin Rawahah
Abdullah bin Rawahah merupakan kisah sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki keahlian sebagai penyair. Hal ini pun sangat disukai oleh Rasulullah SAW, karena beliau bisa menikmati kata-kata, makna, dan syair yang dibuat oleh Abdullah.
Selain itu, ia sangat loyal terhadap Islam. Dia juga termasuk dari 12 orang pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar sebelum peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
Suatu hari, Rasulullah SAW bersama dengan sahabat kedatangan Abdullah bin Rawahah. Nabi pun bertanya, “Apa yang kau lakukan jika hendak mengucapkan syair?”
Abdullah menjawab, “Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan.”
Suatu ketika Abdullah bin Rawahah pernah mengami duka saat turunnya sebuah ayat, “Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat.” (QS: Asy-Syu’ara: 224).
Namun, ia pun kembali bersyukur dan berbahagia setelah turunnya ayat lain yaitu lanjutannya di QS Asy-Syu’ara: 227.
Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman, beramal saleh, banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya.”
Rasulullah SAW pun sering kali memotivasi Abdullah bin Rawahah untuk lebih tekun membuat syair-syair atau puisi semenjak ia masuk Islam. Kemampuannya ini menjadi salah satu bentuk syiar dan perjuangan Islam di masa Nabi Muhammad SAW.
Sosok yang Jujur dan Tegas
Abdullah bin Rawahah bukan saja mampu membuat syair, namun ia adalah sosok yang sangat jujur dan dikenal tegas. Suatu hari, Rasulullah pernah memberikan tugas kepadanya untuk melakukan check atas harta benda masyarakat di Khaibar.
Tujuannya adalah untuk keperluan penarikan pajak (jizyah) bagi penduduk non Muslim yang ada di sana. Memang, wialyah Khaibar adalah tempat tinggal kebanyakan kaum Yahudi.
Abdullah bin Rawahan pun mendatangai wilayah Khaibar. Di sana ia pun melakukan pemeriksaan dan menaksir beberapa harta milik masyarakat. Salah satunya adalah jumlah kurma yang masih tergantung di atas pohon.
Sesuai dengan kesepakatan, masyarakat Khaibar harus membayar jizyah karena telah tinggal di wilayah kekuasaan Islam. Maka, peraturan pun juga harus ditegakkan.
Saat sedang memeriksa jumlah kurma, ada diantara masyarakat Khaibar yang berusaha mencoba memberikan suap kepada Abdullah. Ada beberapa yang menawarkan perhiasan dengan harapan Abdullah bisa mengurangi jumlah taksiran atau pajak yang harus diserahkan oleh mereka.
Walaupun diiming-imingi oleh harta dan perhiasan, Abdullah bin Rawahah pun secara tegas menolak suap yang ditawarkan padanya. Ia pun langsung menegaskan bahwa harta suap atau sogokan adalah bentuk korupsi dan hartanya adalah haram.
“Harta sogokan (risyhwah) yang kalian tawarkan kepadaku adalah harta haram. Kami tidak akan memakannya”.
Sikap seperti ini tentunya bukan hal yang mudah apalagi di zaman seperti ini. Begitu mudah kita untuk mengumbar dosa dan maksiat, apalagi memakan harta yang haram.
Panglima dalam Perang Mu’tah
Loyalitas Abdullah bin Rawahah memang tidak perlu diragukan lagi. Ia pun selalu mengikuti berbagai pertempuran untuk membela Islam. Salah satunya adalah saat perang Mu’tah untuk melawan Romawi yang pasukannya hampir mencapai 200.000 orang.
Saat itu, ia pun berdiri di barisan depan pasukan Muslim. Awalnya, Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang yang pertama gugur. Disusul dengan gugurnya panglima perang kedua yaitu Ja’far bin Abi Thalib.
Setelah kedua panglima syahid, Abdullah pin Rawahan pun menggantikan untuk memimpin dan menjadi panglima. Ia meraih panji perang dari Ja’far bin Abi Thalib dan melanjutkan untuk memimpin pasukan. Dengan gagah berani ia pun menerjang pasukan musuh.
Pada akhirnya, Abdullah bin Rawahah pun syahid dalam perang Mu’tah. Panglima perang pun digantikan langung oleh Khalid bin Walid.
Rasulullah SAW sempat terdiam sebentar. Matanya masih berkaca-kaca, sambil menyiratkan sesuatu. Ia pun berkata, “Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku di surga.”
Baca juga: Dibalik Perisitiwa Isra Miraj yang Jarang Kita Ketahui
Itulah sepenggah Kisah Sahabat Nabi dari seorang penyair bernama Abdullah bin Rawahah yang tegas tolak suap. Ia mengajarkan kita bahwa dalam hidup tidak ada tujuan lain selain dari untuk masuk ke dalam Surga kelak di akhirat nanti. Untuk itu ia pun tidak ragu loyal terhadap Islam dan tegas terhadap segala ujian dunia yang menjerumuskannya.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah sahabat Nabi ini. Jujur adalah prinsip yang harus dipegang teguh oleh umat Islam. Tentunya dalam Islam memiliki harta yang berlimpah tidak dilarang sama sekali. Apalagi jika harta tersebut digunakan untuk menunaikan zakat, sedekah, dan berwakaf. Namun jika harta didapat dengan cara yang haram atau salah, tentu Allah SWT akan murka.