KEDIRI- Mengalami musibah bagi sebagian orang, terkadang menumbuhkan rasa keterpurukan dan rasa putus asa yang sangat mendalam. Namun, ternyata semua itu tidak berlaku bagi Mentes (70). Perempuan renta yang sudah lanjut usia ini sudah lebih dari 5 kali mengalami musibah bencana alam serupa, yakni erupsi dan banjir lahar hujan dari meletusnya gunung Kelud. Meski merasa tegar dan sudah terbiasa merasakan dampak dari letusan Gunung Kelud, perasaan sedih tetaplah bernaung diperasaan perempuan yang memiliki 9 cucu ini.
“Kulo niki uwis kulino ngalami musibah Kelud mbudal, rasane koyok ngrasake ngunduh panen wae. Nanging tetep wae koyok dibrongot (Saya sudah biasa mengalami musibah meletusnya gunung Kelud, jadi rasanya seperti menikmati hasil panen saja. Tapi saya hanya manusia biasa, bisa merasakan kesedihan juga,” ujarnya sambil menghela nafas.
Mbah Mentes, begitu ia akrab disapa, sudah sepekan tinggal dan bertahan di posko pengungsian Dompet Dhuafa di Kecamatan Kandangan, Kediri Jawa Timur. Sehari-hari, ia bekerja sebagai petani sayuran. Selama di pengungsian, kesehatan Mbah Mentes sempat menurun, lantaran perkebunan sawah di Besa Bugran, Kecamatan Puncu yang sudah satu bulan ditanami cabe dan bawang merah terancam gagal panen, akibat abu vulkanik Kelud.
“Uwis telu dino ngrasake meriang, mikiri taneman sing gagal mentas. Alhamdulillah, saiki awak uwis penakan (Sudah 3 hari merasakan meriang, memikirkan tanaman yang gagal panen. Alhamdulillah sekarang sudah baikan),”jelasnya
Saat Aksi Layanan Sehat yang diselenggarakan Dompet Dhuafa pada Rabu (19/2), ia mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan gratis, mulai dari tensi darah, cek kesehatan mata, dan obat-obatan. Setelah mendapatkan pelayanan kesehatan dari Dompet Dhuafa, kesehatan Mbah Mentes berangsur-angsur membaik.
“Alhamdulillah, Mbah mentes sudah mendapatkan pelayanan kesehatan saat ALS, sudah mulai membaik, karena 2 hari yang lalu kondisi kesehatannya menurun dan sempat terserang demam,” terang Adi, tim respon Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa.
Terkait kerusakan perkebunan sawah dan rumah milik warga, Adi menuturkan, hampir 90% perkebunan sawah milik warga mengalami kerusakan dan terancam gagal panen. Untuk hewan ternak yang dipelihara warga, rata-rata telah lebih dahulu diselamatkan, sehingga tidak mengalami kerugian terlalu besar. Kerusakan perkebunan sawah yang parah berada di Desa Kebonrejo kecamatan Kepung, Radius 7 kilometer dari gunung Kelud.
“Desa Kebonrejo paling besar terkena dampak dari erupsi dan banjir lahar hujan ini. Tanaman yang rusak dan gagal panen seperti tebu, cabe, bawang, padi, kacang panjang, dan berbagai macam sayuran lainnya,” jelas Adi.
Kini, Mbah Mentes yang telah sepuh ini hanya bisa berdoa dan mengharapkan bantuan agar setelah musibah yang terjadi ini bisa kembali bertani dan menikmati hasil panennya.
“Kulo kagem pasrah lan doangane jor Gusti Allah, ngarepke pertolongan kagem pemerintah kanggeh taneman kulo sing uwis rusak, lantaran Kelud mbudal (saya hanya bisa berdoa dan pasrah sama Allah, mengharapkan pertolongan diberikan pemerintah untuk tanaman saya yang sudah rusak karena Kelud meletus),” harap Mbah Mentes menanti. (uyang/gie)
Sumber: dompetdhuafa.org